Senin 13 May 2019 04:41 WIB

FSGI Sarankan Pelatihan Guru Gunakan Cara Baru

FSGI sarankan pelatihan guru gunakan cara 4B1E

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Wakil Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Satriwan Salim (kiri) didampingi Sekjen FSGI Heru Purnomo memberikan keterangan catatan akhir tahun pedididkan 2017 di Gedung LBH Jakarta, Senin (26/12).
Foto: Republika/Prayogi
Wakil Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Satriwan Salim (kiri) didampingi Sekjen FSGI Heru Purnomo memberikan keterangan catatan akhir tahun pedididkan 2017 di Gedung LBH Jakarta, Senin (26/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menyarankan pemerintah untuk menggunakan cara baru bila hendak mengadakan pelatihan lagi bagi para guru. Alasannya pemerintah masih menggunakan cara konvensional yang harus sudah diganti dengan gaya baru.

Wakil Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Satriwan Salim, menyebutkan pelatihan guru yang diadakan Kemendikbud RI harus berbasis 4B1E. “Pelatihan guru jangan lagi dikumpulkan ramai-ramai 1-2 hari kemudian pembicaranya di depan berceramah dari A-Z, pulang dapat sertifikat,” ujar dia saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (13/5).

Baca Juga

FSGI telah menyuarakan pelatihan berbasis 4B1E kepada Kemendikbud RI, yaitu, pertama, berbobot dan berkualitas, artinya pelatihan tidak harus lama dan tidak cepat juga, yang terpenting adalah efisien dan mengena. B berikutnya bermakna dan bermanfaat atau sesuai kebutuhan guru bukan kemauan negara, karena kekurangan guru di masing-masing daerah berbeda. Misal di Jakarta, kompetensi gurunya sudah mumpuni, belum tentu di daerah lainnya sama dengan di Jakarta.

Selanjutnya, berdampak dan berkelanjutan yang artinya memberikan dampak positif terhadap proses pembelajaran, mulai dari cara mengajar guru hingga hasil belajar para muridnya. Terakhir adalah Evaluasi, dan setelah semua dilaksanakan, maka perlu diadakan evaluasi untuk mengetahui bagian mana yang masih kurang.

Jika pemerintah tetap ngotot menghadirkan pelatih guru dari luar negeri, mereka harus bisa berkolaborasi dengan ribuan guru berprestasi yang dimiliki Indonesia. Termasuk yang diberdayakan Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK), guru-guru berprestasi itu kan 'diproduksi' dari kampus-kampus LPTK.

Para jebolan LPTK diharapkan tidak lepas tanggung jawab, khususnya ketika pemerintah menilai kompetensi guru di Indonesia masih rendah. “Mestinya kampus-kampus LPTK yang banyak profesor dan doktornya ini juga bertanggungjawab. Yang sedang berjalan ini 1.200 guru (yang dikirim ke luar negeri), mestinya ini yang diberdayakan, karena mereka hampir satu bulan dilatih di luar negeri,” papar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement