Jumat 10 May 2019 00:02 WIB

Said Aqil Nilai People Power tak Diperlukan, tak Ada Gunanya

Said Aqil melarang kader NU ikut gerakan people power terkait Pilpres 2019.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Andri Saubani
Ketum PBNU Said Aqil Siroj menggelar agenda berbuka puasa bersama Dubes Tiongkok Xiao Qian dan santri Ponpes Luhur Al-Tsaqafah, di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Kamis (9/5)
Foto: Republika/Umar Mukhtar
Ketum PBNU Said Aqil Siroj menggelar agenda berbuka puasa bersama Dubes Tiongkok Xiao Qian dan santri Ponpes Luhur Al-Tsaqafah, di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Kamis (9/5)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menyampaikan tanggapannya terkait wacana pengerahan people power ke jalan sebagai respons atas penyelenggaraan Pemilihan Presiden 2019. Menurutnya, aksi turun ke jalan itu tidak diperlukan.

"Tidak perlulah, tidak ada gunanya demo itu. Lihat saja nanti, ada apa enggak. Tapi kalau dari NU, itu saya larang betul untuk ikut kegiatan tersebut," kata dia usai acara buka puasa bersama Dubes Cina untuk Indonesia, Xiao Qian di Pondok Pesantren Luhur Al-Tsaqafah, Jakarta Selatan, Kamis (9/5).

Said menilai aksi seperti itu jika dilakukan maka justru bisa menyebabkan kegaduhan. Menurut dia, saat ini masyarakat harus menunjukkan kepada dunia internasional bahwa umat Islam bisa sukses berdemokrasi. Ia tidak ingin nasib umat Muslim di Indonesia seperti di wilayah Arab.

"40 tahun perang," ucapnya.

Said mengajak seluruh masyarakat untuk menjaga keamanan dan perdamaian. Siapapun yang menang, maka itulah Presiden bagi seluruh rakyat Indonesia.

"Harus kita terima dengan dewasa, lapang dada, berbesar hati. NU percaya pada KPU, Bawaslu, TNI dan Polri," ujarnya.

Pada Kamis (9/5) ini Kiai Said berbuka puasa bersama Dubes Cina Xiao Qian di Ponpes Luhur Al-Tsaqafah, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Buka puasa ini diawali dengan kata sambutan dari perwakilan Yayasan Said Aqil Siroj, Nurhayati Said Aqil.

Nurhayati dalam kesempatan itu memyampaikan perkembangan ponpes tersebut. Berdiri enam tahun lalu, Ponpes Al-Tsaqafah telah tumbuh menjadi pesantren yang lengkap dengan berbagai fasilitas pendidikan. Mulai dari perpustakaan, laboratorium komputer, hingga laboratorium bahasa.

"Meski tidak terlalu sempurna tapi dapat menunjang fasilitas belajar mengajar dan semoga dapat kita tingkatkan kembali," katanya.

Pengajar di ponpes tersebut juga dari berbagai latar perguruan tinggi. Ada yang lulusan Maroko, Yaman, dan Suriah. "Ada juga yang lulusan Universitas Indonesia dan Universitas Islam Negeri. Dan santri-santri di sini yang awalnya belasan sekarang sudah banyak," imbuhnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement