Jumat 10 May 2019 08:55 WIB

LRT Bakal Terintegrasi dengan Transjakarta

Skybridge yang menghubungkan Transjakarta dengan LRT sedang dibangun.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Bilal Ramadhan
Pekerja mengecek atap Stasiun LRT Velodrome yang masih dalam tahap penyelesaian pembangunan di Rawamangun, Jakarta, Sabtu (16/2/2019).
Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Pekerja mengecek atap Stasiun LRT Velodrome yang masih dalam tahap penyelesaian pembangunan di Rawamangun, Jakarta, Sabtu (16/2/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jakarta masih punya satu transportasi umum teranyar, tetapi belum beroperasi secara resmi mengangkut warga Ibu Kota. Angkutan umum tersebut ialah lintas rel terpadu (LRT) Jakarta, sistem angkutan cepat dengan kereta api ringan fase I yang melayani rute Kelapa Gading-Velodrome.

Corporate Communication PT LRT Jakarta Melisa Suciati mengatakan, pihaknya optimistis akan menarik minat masyarakat menggunak LRT. Ia mengatakan, hal itu terlihat dari antusiasme warga saat mencoba integrasi transportasi LRT dengan Transjakarta melalui armada bus kecilnya seperti angkutan perkotaan (angkot).

"Jadi, seberapa optimis ya kami sangat optimis karena bukan hanya, karena kami juga bekerja sama dengan Transjakarta untuk pengintegrasian rute," ujar Melisa saat dihubungi Republika, Kamis (9/5).

Ia menceritakan, pada 4-18 Maret 2019 lalu, PT LRT Jakarta mengadakan sosialisasi naik LRT. Dalam rangka mendukung program integrasi bus kecil Transjakarta dengan LRT Jakarta.

Pada saat itu, penumpang Jak 24 yang turun di depan Mal Kelapa Gading dapat naik LRT secara gratis. Jak 24 adalah bus kecil Transjakarta yang melayani rute Senen-Pulogadung via Kelapa Gading dan beberapa pemberhentian berada di Stasiun LRT.

Dengan menggunakan kartu Jak Lingko, saat ini penumpang Jak 24 dan bus kecil lainnya yang diawali Jak masih dikenakan tarif Rp 0 alias gratis. Untuk sekarang, yang terinterasi dengan LRT Jakarta selain Jak 24 di antaranya Jak 61 Pulogadung-Cempaka Putih, Jak 59 Kelapa Gading-Rawamangun, dan Jak 33 Pulogadung-Kota.

Selain itu, Melisa mengatakan, PT Jakarta Propertindo (Jakpro) selaku BUMD penyelenggara prasarana LRT Jakarta, tengah membangun proyek jembatan penghubung atau skybridge. Untuk mengintegrasikan secara fisik antara Stasiun LRT Velodrome dengan Halte Transjakarta Pemuda Rawamangun.

Menurut dia, hal itu makin memberi optimisme LRT Jakarta mencapai target penumpang. Ia mengatakan, pembangunan skybridge masih terus dilakukan untuk memberi kenyamanan penumpang yang akan berpindah moda transportasi tanpa turun ke jalan.

"Sembari berjalan sih kita membangun itu, skybridge ini juga rencananya akan meminta koordinasi dengan Transjakarta untuk disesuaikan dengan haltenya Transjakarta supaya benar-benar terhubung," kata Melisa.

Ia menjelaskan, PT LRT Jakarta telah menyusun rencana pola operasi yang disampaikan ke Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI. Satu hari beroperasi, LRT mampu mengangkut 14.225 penumpang.

Melisa menyebut, satu rangkaian kereta LRT dapat mengangkut penumpang sebanyak 270 orang sehingga rata-ratanya 248 sampai 282 orang per hari. Dengan headway atau selisih perjalanan sekitar 5-15 menit, yang kini terus dibenahi untuk mendapatkan waktu yang sesuai.

"Satu trainset kita itu 270 penumpang lalu keretanya selang waktunya ada antara 5-15 menit, sehingga perjalanan setiap waktunya itu tadi antara 248 sampai dengan 282 itu bisa sampai 14.225 penumpang," kata dia.

Menurut dia, target penumpang tak hanya warga di kawasan Kelapa Gading melainkan masyarakat dari luar daerah itu. Sebab, kata dia, Kelapa Gading merupakan wilayah bisnis mulai dari wisata kuliner sampai perkantoran sehingga banyak orang yang akan mengunjungi kawasan tersebut.

LRT fase I dengan panjang lintas 5,8 km serta terdiri dari enam stasiun layang, yaitu Stasiun Pegangsaan Dua, Boulevard Utara, Boulevard Selatan, Pulomas, Equestrian, dan Velodrome. Melisa mengatakan, saat ini pengerjaan kontruksinya untuk lima stasiun kecuali Pegangsaan Dua sudah 100 persen.

"Itu sudah 100 persen. Tinggal sekarang kami melakukan penyempurnaan sistem sembari menunggu penetapan tanggal operasi dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta," kata dia menambahkan.

Ia memaparkan, sistem itu terdiri atas sistem tiket (ticketing), pintu masuk dan keluar stasiun (gate), pintu masuk dan keluar rangkaian kereta, dan kereta LRT-nya itu sendiri. Melisa menuturkan, sembari menunggu keputusan Pemprov mengenai pengoperasian secara resminya, PT LRT Jakarta memantapkan kembali sistem tersebut untuk kenyamanan warga.

Sementara, PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) terus mengembangkan upaya integrasi dengan LRT Jakarta dalam memberikalan layanan rute baru. Direktur Utama Agung Wicaksono mengatakan, akan mendiskusikannya dengan PT LRT Jakarta dan Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta.

"Nanti kita diskusikan dengan LRT dan Dishub karena SK (surat keputusan) trayek dari Dishub kewenangannya," kata Agung kepada Republika.

Salah satu warg, Ranti, tak keberatan dengan tarif flat LRT sebesar Rp 5.000. Tarif ini sudah ditetapkan melalui peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 34 Tahun 2019 tentang Tarif Angkutan Perkeretaapian, Mass Rapid Transit (MRT), dan Light Rail Transit (LRT).

Namun, Ranti mengaku, tak biasa menggunakan angkutan umum untuk aktivitas sehari-harinya. Sehingga, ia tak yakin akan menggunakan LRT Jakarta. Namun, jika memungkinkan, dirinya juga memilih LRT ketika bepergian.

"Masuk-masuk saja tarif segitu, tapi saya enggak suka naik angkutan umum. Barangkali kalau Transjakarta, MRT, dan LRT sudah terhubung, saya tertarik naik nanti," kata Ranti.

Berdasarkan pantauan Republika, sejumlah pekerja sedang membangun jembatan penghubung Stasiun Velodrome dan Halte Pemuda Rawamangun. Saat ini, belum terlihat bentuk fisik jembatan penghubung secara signifikan, tetapi pilar-pilar sudah berdiri di sana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement