REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Lima hari berselang sejak peresmian angkutan kota (angkot) berbasis teknologi daring di Kota Bekasi, kini perlahan angkutan itu mulai menggeliat. Jumlah penumpang mulai meningkat. Namun, masih ada beberapa keruwetan ketika menggunakan aplikasinya.
Angkot daring bernama TRON itu telah bekerjasama dengan 30 unit angkot dari dua trayek. K11-A untuk trayek dari Rawalumbu ke Terminal Bekasi dan sebaliknya. K11-B untuk trayek Narogong menuju Rawa Panjang dan sebaliknya.
Salah seorang pengemudi angkot TRON untuk trayek K11-A, Marihot Panjaitan (45 tahun), mengaku, sejak diresmikan pada tanggal 3 mei lalu, mulai terasa peningkatan jumlah penumpang. Meski peningkatannya fluktuatif.
"Hari ini saya sudah bawah 7 orang penumpang. Ya tidak menentu. Seperti kemarin saya cuma bawa 1 orang saja," kata Marihot ketika ditemui Republika di Terminal Bayangan Rawalumbu, Rabu (8/5).
Di terminal bayangan itu sejumlah angkot TRON terparkir, baik trayek K11-A maupun K11-B. Terminal yang berlokasi di Jalan Cut Mutia, Kelurahan Sepanjang Jaya, Rawalumbu, itu menjadi tempat pemberhentian sementara para pengemudi menjelang penumpang melakukan pemesanan daring.
Salah satu yang ada di sana adalah Sopir angkot TRON trayek K11-B, Surip (60). Ia mengaku jumlah penumpang yang dibawa setiap harinya sekitar 8 hingga 10 orang. Mayoritas dari kalangan anak muda. "Lumayan ada peningkatan, dulu kan sebelum peresmian sehari itu cuma 1 atau 2," kata dia.
Meski ada peningkatan, Surip mengaku, masih terdapat penumpang yang ingin menaiki angkot TRON tanpa memakai aplikasi daring. Surip memilih untuk tidak mengambil penumpang itu, sesuai dengan aturan kerja sama dengan penyedia aplikasi TRON.
"Kemarin ada tiga orang sekaligus yang mau naik, tapi saya gak naikin. Saya sarankan naik angkot K11-B yang belum pakai sistem online saja," kata Surip, Rabu (8/5).
Sedangkan untuk penjemputan penumpang yang telah memesan secara daring, Surip bercerita, angkotnya kini bisa masuk ke dalam gang-gang perumahan. Angkot TRON memiliki fitur jemput penumpang ke Halte virtual atau Halte yang hanya tampak di dalam aplikasi. Biasanya berada di dekat perempatan atau di gerbang perumahan. "Asalkan gangnya cukup besar, kita akan jemput ke Halte virtual disana," ucap dia.
Pengemudi angkot TRON trayek K11-B, Sinaga (59), mengaku akhir-akhir ini memang terjadi peningkatan jumlah penumpang. Terutama pada jam 4 hingga setengah 6 sore. Ia menduga ini juga disebabkan bulan ramadhan, karena penumpang hendak segera pulang untuk berbuka puasa.
"Tapi kalau dibandingkan dengan dulu saat masih konvensional, ini masih sedikit penumpangnya," kata dia.
Sesusai berbincang dengan sejumlah pengemudi daring tersebut, Republika mencoba menikmati perjalanan dengan angkot inovatif itu. Republika hendak mencoba perjalanan dari Terminal Bayangan Rawalumbu menuju Terminal Bekasi.
Setelah memasan lewat aplikasi yang terbilang cukup mudah digunakan, Republika diminta untuk bergeser sekitar 200 meter menuju Halte virtual. Tak sampai lima menit menunggu, angkot TRON sudah tiba menjemput.
Menaiki angkot TRON tak ubahnya menaiki angkot konvensional. Semua fasilitas di dalam mobil tetap sama. Hanya saja, sopir kini meletakkan satu telepon pintar di dekat kaca depan untuk memantau pesanan penumpang. Selebihnya sama.
Sedangkan dalam perjalanan, angkot TRON cenderung tidak terlalu terburu-buru. Kecepatan angkot sekitar 30 km per jam. Angkot juga tidak ada 'ngetem' atau menunggu penumpang berlama-lama di satu titik.