Selasa 07 May 2019 05:05 WIB

People Power Ditunggangi Teroris, Ini Kata Pengamat

Polisi dinilai masih menjadi target utama teroris.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Teguh Firmansyah
Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo (kanan) dan Kabag Penum Divhumas Polri Kombes Pol Asep Adi Saputra, menunjukkan sejumlah gambar barang bukti hasil penangkapan sejumlah teroris jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) saat konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta, Senin (6/5/2019).
Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo (kanan) dan Kabag Penum Divhumas Polri Kombes Pol Asep Adi Saputra, menunjukkan sejumlah gambar barang bukti hasil penangkapan sejumlah teroris jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) saat konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta, Senin (6/5/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat terorisme dari The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya menanggapi wacana people power  pemilu 2019 bakal ditunggani oleh aksi teroris. Menurutnya, wacana tersebut hanya propaganda. Apalagi isu people power sendiri belum terjadi.

Ia meminta masyarakat tidak berasumsi terlalu jauh. Prasangka negatif berlebihan pada wacana people power, kata dia, sebaiknya diikuti dengan data agar lebih proporsional.

Baca Juga

"Asumsi-asumsi kemungkinan kelompok teroris akan menunggangi rencana aksi people power lebih condong sebagai opini dan propaganda untuk me-monsterisasi rencana people power. Targetnya tentu dengan isu atau opini tersebut diharapkan bisa mereduksi rencana aksi people power," katanya dalam keterangan resmi pada Republika.co.id, Senin (6/5).

Ia menyebut isu aksi yang ditunggani teroris bukan hanya mendera pada wacana people power. Ia menyebut pada agenda-agenda besar umat islam seperti aksi 411, aksi 212 juga muncul isu kelompok teroris akan menunggangi atau rawan ditunggangi.

"Tapi fakta empiriknya mementahkan semua asumsi, hipotesa dan opini di berkembang tersebut," tegasnya.

Berdasarkan kajiannya dalam aksi teror beberapa tahun terakhir, targetnya masih sama yaitu aparat kepolisian. Menurutnya, pola serangan tidak perlu menunggu momentum besar yang akan menyedot perhatian publik. Sebab bergantung pada kesiapan dan kemampuan kelompok teror untuk melakukan aksi. "Di samping bagi mereka ada peluang target dalam posisi lemah atau lengah," sebutnya.

Ia menilai kehadiran BNPT dan Polri semestinya mampu menangkal aksi teror. Kedua institusi itu dipandang punya kemampuan teknologi maupun sumber daya manusia yang mumpuni. Sebagai bukti, sebut dia, banyak orang ditangkap dengan level tuduhan mereka masih sebatas rencana belum melakukan aksi teror secara nyata.

"Jadi isu terorisme dengan segala misteri dan faktor kompleks yang melatarbelakanginya kita tidak perlu lebay membangun asumsi," ujarnya.

Ia malah khawatir asumsi-asumsi soal ancaman aksi teror justru bisa dimanfaatkan oleh pihak yang punya niat menciptakan teror. Selain itu, ia resah bila dugaan penunggangan aksi teror justru mengajarkan kepada kelompok teroris agar memanfaatkan momentum tertentu.

Sebelumnya, terjadi penangkapan 3 orang terduga teroris oleh tim densus anti teror Polri di Bekasi, Jawa Barat dan Tegal, Jawa Tengah pada akhir pekan kemarin. Ketiganya diduga berasal dari kelompok JAD Lampung.

Dua orang teroris pertama berinisial SL (34 tahun) dan AN (20) ditangkap dalam operasi penggerebekan yang dilakukan Sabtu (4/5) di dua lokasi berbeda di Bekasi, Jawa Barat.

Lalu di hari yang sama tim Densus 88 juga menangkap teroris berinisial MC (28) di Jalan Waringin, Kelurahan Mintaragen, Kecamatan Tegal Timur, Tegal, Jawa Tengah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement