REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS – Pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido mengakui bahwa aksi demonstrasi dalam rangka melengserkan Presiden Nicolas Maduro tak memperoleh banyak dukungan dari militer. Pernyataannya tersebut berlawanan dengan yang telah diungkapkan pada Selasa (30/4) lalu.
“Kami mengakui bahwa kemarin tidak ada cukup banyak orang, kami menegaskan bahwa semua angkatan bersenjata harus melakukan protes bersama,” kata Guaido pada Rabu (1/5), dikutip laman CNN.
Guaido mengklaim pihaknya sama sekali tidak mencari konfrontasi. “Kami tidak meminta konfrontasi di antara saudara-saudara, kami hanya ingin mereka (militer) ada di pihak rakyat,” ujarnya.
Meskipun tak mendapat banyak dukungan dari militer, Guaido mengatakan bahwa aksi demonstrasi terhadap pemerintahan Maduro tidak akan terhenti. “Kami akan terus maju dengan kekuatan lebih dari sebelumnya,” kata dia, dilaporkan laman BBC.
Menurut dia, aksi demonstrasi terhadap Maduro adalah proses yang tak dapat diubah. Dia berjanji bahwa demonstrasi akan dilakukan setiap hari untuk mencapai kebebasan. “Kami berada di jalur yang benar, tidak ada jalan untuk kembali,” ucap Guaido.
Pada Selasa lalu, ribuan warga Venezuela turun ke jalan dan melakukan aksi demonstrasi menuntut Maduro mundur dari jabatannya. Aksi itu berlangsung setelah adanya seruan dari Guaido yang dipublikasikan melalui sebuah video di akun Twitter pribadinya.
Dalam video itu, Guaido mengklaim telah memperoleh dukungan dari militer Venezuela. "Angkatan Bersenjata Nasional telah mengambil keputusan yang tepat, mereka dijamin berada di sisi yang benar dalam sejarah," katanya.
Namun kerusuhan yang berlangsung hingga sore hari itu tak membuahkan hasil. Maduro menyatakan, bahwa upaya kudeta terhadap dirinya telah gagal.
Seperti sebelumnya, dia mengatakan bahwa upaya kudeta yang dilakukan oposisi memperoleh dukungan dari Amerika Serikat (AS). Menurut Maduro, Washington memang berambisi untuk menghancurkan revolusi Bolivarian yang diwarisinya dari mantan presiden Venezuela Hugo Chavez yang meninggal pada 2013.