REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri menanggapi secara santai tentang rencana aksi demonstrasi buruh memperingati Hari Buruh pada 1 Mei 2019. "Kalau buruh menuntut kan biasa, tiap tahun kan selalu dilakukan," kata dia di Jakarta, Selasa (30/4).
Menurut dia, hal yang penting untuk diperhatikan saat ini adalah sikap dalam menghadapi tantangan perkembangan zaman yang menuntut keahlian lebih tinggi dari para buruh. Dalam menghadapi hal tersebut, kata dia, pemerintah sudah menyiapkan berbagai pelatihan kerja untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
"Masifikasi untuk personal training, pelatihan kerja agar kita punya SDM yang kualitasnya bagus, dengan jumlah memadai dan tersebar secara relatif merata di berbagai daerah," katanya.
Ia juga menyoroti masih banyaknya perusahaan yang menerapkan jam kerja secara kaku sehingga mempersulit para perempuan untuk bekerja. "Jam kerja kaku menyebabkan partisipasi perempuan di angkatan kerja kita menjadi tidak terlalu tinggi karena perempuan harus memilih antara di luar rumah atau di dalam rumah. Juga jam kerja sangat kaku, delapan jam sehari, 40 jam seminggu," katanya.
Ia menyatakan hal tersebut merupakan salah satu kondisi yang akan diperbaiki melalui kerja sama pemerintah dengan berbagai pemangku kepentingan bidang ketenagakerjaan. "Agar iklim dan ekosistem ketenagakerjaan yang kaku menjadi lebih baik," katanya.
Ia berharap, nantinya dengan jam kerja yang lebih fleksibel akan meningkatkan partisipasi para perempuan untuk dapat bekerja. "Tentu ini harus dikaji secara mendalam soal itu, tapi menurut saya, fleksibilitas jam kerja itu dapat membantu meningkatkan partisipasi perempuan," katanya.