REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemilu serentak meninggalkan duka mendalam. Lebih dari 280 petugas pemilu dilaporkan meninggal.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Ari Fahrial Syam mengatakan, ada sejumlah hal yang diduga menjadi penyebab banyaknya KPPS yang meninggal dunia dan jatuh sakit saat bertugas.
"Pertama yang saya amati adalah waktu kerja yang sudah melewati jam biologis manusia. Mereka bekerja bahkan sampai 24 jam. Kemudian kita juga melihat pemeriksaan kesehatan mereka. Artinya mereka sebagian ada yang sehat ada yang tidak," ujar Ari kepada wartawan di Kantor KPU, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (29/4).
Ketiga, faktor stres dan tekanan psikologis yang tinggi. Hal ini menjadi pemicu KPPS meninggal. "Jadi jam kerja, kemudian kondisi sebelum dalam kegiatan ini dan juga tingkat stres menjadi pemicu," katanya.
Selain itu, kata ia, juga kondisi lingkungan kerja. Karena mereka berada di tenda-tenda dengan penerangan yang terbatas serta udara terbuka. Jadi kondisi lingkungan, kondisi fisik dan kondisi waktu kerja yang berlebihan ini jadi satu hal yang akhirnya mereka jatuh sakit dan bahkan menyebabkan kematian.
Lebih lanjut Ari mengungkapkan, FKUI nantinya akan melakukan kajian ilmiah terhadap penyebab meninggalnya KPPS ini. FKUI akan terjun ke lapangan untuk melakukan penelitian.
Menurut dia, penelitian yang dilakukan bersifat ilmiah sehingga targetnya nanti adalah publikasi dalam jurnal nasional dan internasional. "Dan ini juga akan menjadi masukan untuk pemerintah, artinya pemangku kepentingan yang berikutnya," tegasnya.
Sebelumnya, Sekjen KPU, Arif Rahman Hakim mengatakan jumlah KPPS yang meninggal dunia semakin bertambah. Hingga Senin pagi, ada 296 KPPS yang meninggal dunia. "Jumlah KPPS yang wafat sebanyak 296 orang. Kemudian jumlah KPPS yang sakit ada 2.151 orang," ujar Arief.
Dengan begitu, kata dia, saat ini ada 2.447 KPPS yang tertimpa musibah. Data tersebut berdasarkan rekapitulasi KPU hingga pukul 08.00 WIB.