Ahad 28 Apr 2019 23:15 WIB

Banjir Bengkulu, 17 Meninggal dan 9 Masih Hilang

Korban meninggal banjir Bengkulu tersebar di tiga daerah.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Indira Rezkisari
Warga mengevakuasi perabotan rumah tangga saat banjir di daerah perumahan Sawah Lebar Baru Balai Kota Bengkulu, Bengkulu, Sabtu (27/4/2019).
Foto: Antara/David Muharmansyah
Warga mengevakuasi perabotan rumah tangga saat banjir di daerah perumahan Sawah Lebar Baru Balai Kota Bengkulu, Bengkulu, Sabtu (27/4/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bengkulu terus melakukan upaya penyelamatan dan evakuasi terhadap korban banjir yang melanda wilayah tersebut sejak Sabtu (27/4) kemarin. Hingga Ahad (28/4) petang, tercatat bencana ini sudah menyebabkan 17 orang meninggal dunia dan 9 orang masih dinyatakan hilang.

Selain itu, dua orang tercatat mengalami luka berat dan dua orang lainnya luka ringan. BNPB mencatat, ke-17 orang yang meninggal dunia tersebar di Kabupaten Bengkulu Tengah sebanyak 11 orang, Kota Bengkulu 3 orang, dan Kabupaten Kepahiang sebanyak 3 orang.

Baca Juga

Jumlah pengungsi akibat banjir pun tercatat sebanyak 12 ribu orang. Banjir juga mencatatkan kerugian materi berupa 106 ekor ternak sapi mati serta 102 ekor kambing dan 4 ekor kerbau juga mati diterjang banjir. Sedangkan kerusakan fisik meliputi 184 rumah rusak, 7 fasilitas pendidikan, dan 40 titik sarana prasarana infrastruktur.

Untuk membantu operasional penanganan darurat, Kepala BNPB Doni Monardo telah menyerahkan bantuan dana siap pakai sebesar Rp 2,25 milyar kepada Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah. Selanjutnya dana siap pakai tersebut akan diberikan kepada BPBD kabupaten/kota sesuai tingkat kerusakan akibat bencana.

Kepala BNPB setiba di Bengkulu langsung mendapat penjelasan dari Gubernur Bengkulu terkait dampak dan penanganan bencana. Kepala BNPB telah memerintahkan kepada Deputi Penanganan Darurat BNPB dan Deputi Logistik Peralatan BNPB untuk segera memenuhi kebutuhan darurat yang diperlukan. Kepala BNPB juga memberikan beberapa arahan kepada jajaran BPBD dan SKPD,

"Selain faktor alam yaitu intensitas curah hujan yang meningkat, faktor antropogenik yaitu ulah tangan manusia yang merusak alam dan lingkungan lebih dominan menyebabkan bencana hidrometeorologi meningkat," kata Doni, Ahad (28/4).

Ia memandang, fenomena deforestasi, degradasi hutan dan lingkungan, berkurangnya kawasan resapan air, hingga bertambahnya lahan kritis, tingginya kerentanan, tata ruang yang tidak mengindahkan peta rawan bencana telah menyebabkan makin rentannya daerah-daerah terhadap banjir.

"Kita harus memulihkan alam. Merawat alam dan lingkungan. Jika alam seimbang maka siklus hidrologi juga akan seimbang. Kita jaga alam, alam jaga kita," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement