Senin 29 Apr 2019 07:37 WIB

Anies: Jakarta Aman

Sampah dituding menjadi penyebab utama yang menghambat aliran sungai

Rep: Mimi Kartika/Nugroho Habibie/ Red: Bilal Ramadhan
Sejumlah warga beserta petugas gabungan saat membersihkan lumpur sisa banjir di kawasan Rawajati, Jakarta, Ahad (28/4).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah warga beserta petugas gabungan saat membersihkan lumpur sisa banjir di kawasan Rawajati, Jakarta, Ahad (28/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan mengatakan, sejauh ini Jakarta aman. Ia menyebut, Ibu Kota menerima air kiriman dari hulu sehingga daerah yang tergenang banjir adalah daerah aliran sungai, sementara di luar daerah itu tidak ada genangan dan banjir.

"Jakarta sendiri, alhamdulillah, aman. Kita menerima kiriman air dari hulu. Apakah Jakarta tergenang? Tidak, yang terdampak adalah daerah aliran sungai, tapi di luar daerah aliran sungai tidak ada genangan, tidak ada banjir," kata Anies, Ahad (28/4).

Menurut dia, berdasarkan ramalan cuaca, Jakarta akan diguyur hujan. Karena volume air yang besar berasal dari hulu maka petugas dikerahkan memantau pintu air dan permukaan air laut agar air di Ibu Kota bisa berkurang.

Sehingga, kata Anies, petugas bisa mengendalikan aliran air yang masuk ke Jakarta dari hulu agar segera dituntaskan. Ia mengatakan, saat menerima air kiriman, kondisi ketinggian permukaan air laut di Jakarta sedang menurun.

Apabila permukaan air laut tidak turun, aliran yang turun dari hulu akan berhenti di Jakarta karena tidak bisa langsung dialirkan. Sehingga, menyebabkan banjir di Ibu Kota. Untuk itu, petugas masih memantau terus agar air yang datang dari hulu segera dialirkan.

Selain itu, Anies mengatakan, pihaknya juga sudah menyiapkan pompa mobile maupun stasiun pompa di beberapa lokasi. Menurutnya, pompa-pompa tersebut sudah siap untuk digunakan.

"Kalau semua itu sudah siap. Semua pompa, baik pompa yang mobile maupun pompa stationer semuanya posisinya dan ketika turun hujan semua petugas stand by," kata Anies.

Ia meminta masyarakat memberi perhatian lebih kepada korban banjir di Tangerang dan Bekasi. Menurutnya, warga di daerah-daerah itu membutuhkan bantuan selain di Jakarta.

"Jadi, malah saya itu merasa harusnya kita berikan perhatian lebih pada tetangga kita, Bekasi, Tangerang yang sedang mengalami," ujar Anies.

Anies mengatakan, di Jakarta hanya beberapa RW saja yang wilayahnya terdampak banjir. Sementara, menurut dia, Tangerang dan Bekasi lebih membutuhkan perhatian agar bantuan juga tersalurkan kepada korban banjir di tiga daerah tersebut.

"Di Jakarta hanya beberapa RW, tapi perhatiannya seperti sekota tertutup air. Sementara, yang butuh perhatian tidak diperhatikan, padahal mereka sekarang lebih membutuhkan," kata Anies.

Ia juga meminta awak media objektif untuk memberitakan dan memberikan perhatian. Sebab, kata Anies, daerah-daerah lain yang terkena bencana agar juga diperhatikan.

"Menurut saya malah justru itu undangan kepada media untuk bisa objektif di dalam memberikan perhatian supaya daerah-daerah yang terkena bencana juga, tapi tidak diperhatikan akan mendapat perhatian juga," tutur dia.

Berdasarkan data, Anies menyebutkan, pada 2012 ada 202 RW terdampak banjir. Selanjutnya, pada 2015 sebanyak 702 RW terdampak, pada 2016 ada 460 RW, pada 2017 ada 375 RW, dan 2018 ada 217 RW.

Sedangkan, lanjut Anies, banjir sejak 26 April 2019 itu menyebabkan warga yang mengungsi sekitar 1.600 orang. Apabila dibandingkan, pada 2017 pengungsi sebanyak 6.000 orang.

Menurut dia, banjir di Jakarta saat ini berdasarkan jumlah tersebut relatif lebih kecil. Anies menyebut, justru musibah banjir ini ramainya di media sosial.

"Jadi, secara jumlah kemarin jumlah pengungsi kira-kira 1.600, tahun sebelumnya 6.000, tahun sebelumnya lagi 20 sekian ribu. Jadi, secara jumlah memang kecil relatif, cuma secara sosial media memang ramai," kata Anies menjelaskan.

Pengamat Lingkungan dari Universitas Indonesia Tarsoen Waryono menilai, terdapat tiga faktor penyebab banjir di Jakarta. Menurutnya, sampah merupakan faktor utama penghambat proses drainase dan juga saluran air. 

Tarsoen mengatakan, sampah yang menyumbat penyerapan air belum dapat tertangani, terlebih dilokasi yang membutuhkan normalisasi. Untuk itu, program normalisasi sungai atau kali harus segera direalisasikan dititik-tikik yang membutuhkan penanganan agar banjir tidak mengintai warga Jakarta.

"Logika terjadinya titik-titik luapan air (banjir), disinyalir pertama tidak efektifnya saluran drainase yang ada, karena tersumbat oleh sampah yang terbawa aliran air," kata Tarsoen.

Normalisasi itu, Tarsoen menyarankan, untuk dilakukan pada daerah endapan yang memiliki ketinggian kurang dari tiga meter diatas permukaan laut (MDPL) di wilayah DKI Jakarta. Hal itu, akan mengurangi dan juga mencegah air yang meluap. 

Tarsoen menyatakan, peran masyarakat dalam menjaga lingkungan dan tidak membuang sampah sembarangan perlu ditingkatkan. Dia berharap kesadaran masyarakat bisa tumbuh seiring dengan bencana banjir yang selalu dipenuhi dengan sampah. 

"Masyarakat belum sepenuhnya sadar terhadap lingkungan, karena masih tingginya jumlah sampah pada badan sungai," kata dia.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mencatat, masih ada tiga titik yang terendam banjir per Ahad (28/4) pukul 06.00 WIB. Berdasarkan situs resmi BPBD DKI, tiga titik banjir berada di dua titik Jakarta Selatan dan satu titik di Jakarta Barat.

Wilayah Jakarta Selatan yang terendam banjir di RW 005 dan 008, Kelurahan Pondok Pinang, Kecamatan Kebayoran Lama, dengan ketinggian air berkisar 10 sampai 20 sentimeter. Sedangkan, di wilayah Jakarta Barat di RW 001, Kelurahan Kembangan Utara, Kecamatan Kembangan, ketinggian air berkisar 10 sampai 100 sentimeter.

Sebelumnya, BPBD DKI mencatat, pada Sabtu (27/4) malam banjir melanda 12 titik banjir. Hingga Ahad pagi, sejumlah titik banjir disebut sudah surut. Di antaranya, wilayah Jakarta Selatan, tepatnya RW 010, Kelurahan Kebon Baru, serta wilayah Jakarta Timur, RW 001, 002, 003, 005, dan 008, Kelurahan Cawang.

Sementara, warga yang masih mengungsi hingga saat ini terdiri atas 127 KK dan 409 jiwa. Lokasi pengungsi berada berada di tiga titik lokasi, satu titik di Jakarta Timur, satu titik di Jakarta Selatan, dan satu titik di Jakarta Barat.

Dinas Sosial Provinsi melaui Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan dan Jakarta Timur mengirimkan bantuan logistik, makanan siap saji, dan mendirikan tenda pengungsi serta dapur umum untuk pengungsi akibat bencana banjir sejak 26 April 2019. BPBD mengirimkan bantuan logistik untuk pengungsi berupa air mineral, biskuit, //family kit//, pakaian anak, dan matras.

Banjir menyebabkan dua korban jiwa, yakni satu korban jiwa meninggal akibat kecelakaan terseret arus Kali Ciliwung di Kelurahan Kebon Baru, Jakarta Selatan, dan satu korban jiwa meninggal akibat serangan jantung di Kelurahan Bidara Cina, Jakarta Timur.

Sedangkan, hingga pukul 12.00 WIB, daerah yang masih terdampak banjir ada di wilayah Jakarta Barat. Tepatnya, di Kelurahan Kembangan Utara RW 01 dan Kelurahan Rawa Buaya RW 02 04 dengan ketinggian banjir berkisar antara 10 sentimeter sampai 100 sentimeter.

Warga yang masih mengungsi hingga saat ini terdiri atas 53 KK dan 248 jiwa. Lokasi pengungsi berada berada di dua titik lokasi, satu titik di wilayah Jakarta Selatan dan satu titik di wilayah Jakarta Barat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement