Ahad 28 Apr 2019 18:04 WIB

BMKG Jelaskan Fenomena Banjir yang Melanda Bengkulu

Fenomena alam yang secara ilmiah mampu meningkatkan suplai massa udara basah.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Ratna Puspita
Foto udara kawasan terdampak banjir di perumahan kawasan Balai kota, Bengkulu, Sabtu (27/4/2019).
Foto: Antara/David Muharmansyah
Foto udara kawasan terdampak banjir di perumahan kawasan Balai kota, Bengkulu, Sabtu (27/4/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) punya penjelasan ilmiah terkait banjir yang secara merata melanda Provinsi Bengkulu pada Sabtu (27/4) hingga Ahad (28/4) ini. Banjir tersebut terkait aktivitas Osilasi Madden-Julian (OMJ), sebuah fenomena alam yang secara ilmiah mampu meningkatkan suplai massa udara basah di sebagian besar wilayah Indonesia. 

Deputi Bidang Meteorologi BMKG R Mulyono Rahadi Prabowo menjelaskan, potensi cuaca ekstrem memang diproyeksikan terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia hingga 2 Mei 2019 mendatang, salah satunya adalah Bengkulu di Pulau Sumatra. Hal ini, ujar Mulyono, tidak lepas dari aktivitas Osilasi Madden-Julian (OMJ), sebuah fenomena alam yang secara ilmiah mampu meningkatkan suplai massa udara basah di sebagian besar wilayah Indonesia. 

Baca Juga

Mulyono menyebutkan sebetulnya aktivitas OMJ bisa terjadi kapan pun karena kondisi ini merupakan bentuk osilasi dengan periode ulang 30-90 hari. Kemunculan OMJ diawali di bagian barat Samudra India dan kemudian berjalan merambat ke arah barat melewati daratan Indonesia dan bergerak ke bagian barat Samudra Pasifik. 

Pusaran angin di Barat Daya Sumatera, berdasarkan pengamatan BMKG, juga bisa terjadi sepanjang tahun, termasuk saat ini bulan April. Mulyono pun menduga kondisi sangat aktifnya OMJ, dengan magnitudo ~ 2,5, yang didukung oleh adanya pusaran angin di Barat Daya Sumatra mampu menjadikan terbentuknya pertemuan angin di atas Jawa bagian barat dan memicu hujan lebat dan banjir pada akhir pekan ini. 

"Dinamika kondisi angin tersebut dapat memudahkan terbentukan aktifitas konveksi di wilayah Indonesia terutama wilayah bagian barat," kata Mulyono.

BMKG melihat aktivitas OMJ juga mendorong pembentukan pusaran angin di sekitar Laut Sulawesi, Selat Makassar, Kalimantan Barat, dan Laut Cina Selatan Utara Kalimantan yang dapat menyebabkan terbentuknya daerah perlambatan dan pertemuan angin disekitar wilayah Indonesia bagian barat dan tengah. Kondisi tersebut diperkirakan dapat menyebabkan terjadinya potensi hujan lebat dalam periode akhir April hingga awal Mei 2019.

BMKG pun menerbitkan daftar wilayah di Indonesia yang 'terancam' diguyur hujan lebat hingga Ahad (28/4) ini, yakni nyaris di seluruh Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Bali, NTB, seluruh Kalimantan, seluruh Sulawesi, Maluku utara, Maluku, dan seluruh daratan Papua. 

Sementara potensi hujan lebat dari Senin (29/4) hingga Kamis (2/5) diprediksi banyak terjadi di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, seluruh wilayah di Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, hingga seluruh darata Papua. "Masyarakat dihimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang dapat ditimbulkan seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang dan jalan licin," kata Mulyono.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement