Jumat 26 Apr 2019 23:18 WIB

'Terorisme tak Pandang Tingkat Pendidikan dan Materi Pelaku'

Pelaku teror Sri Lanka orang yang berpendidikan dan kecukupan materi.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Nashih Nashrullah
Pengamat terorisme Al Chaidar.
Foto: Antara
Pengamat terorisme Al Chaidar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pengamat terorisme dari Universitas Malikussaleh Aceh, Al Chaidar, menyatakan tingkat kesejahteraan dan pendidikan tak menentukan seseorang akan menjadi teroris atau tidak. Salah satu motif utama seseorang masuk ke dunia terorisme, yakni motif teologis.

"Karena mereka kering secara spiritual dan mengharapkan surga eskatologis dan menemukannya dalam gerakan teroris," ujar Al Chaidar menanggapi latar belakang pelaku bom bunuh diri di Sri Lanka melalui pesan singkat, Jumat (26/4). 

Baca Juga

Menurutnya, ekonomi yang cukup dan pendidikan yang baik tidak menentukan apakah seseorang akan terpengaruh gerakan teroris atau tidak. Dia menyebutkan, salah satu penyebab utama seseorang masuk ke gerakan terorisme itu adalah motif teologis. 

Menurut dia, kecenderungan seseorang masuk ke dunia terorisme bisa dilihat dengan perubahan orang sikap orang itu dalam beragama. Karena itu, dibutuhkan peran orang-orang di sekitar dan terdekatnya meski harus diakui hal tersebut sulit untuk dilihat. Sulit karena terkadang mereka menyembunyikan keimanannya. 

"Ada (cara yang bisa dilakukan untuk mendeteksi). Lewat media sosial. Biasanya mereka menuliskannya di media sosial atau dalam komunikasi gim," kata Al Chaidar.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan Sri Lanka Ruwan Wijewardenen mengatakan, para pelaku bom bunuh diri yang menewaskan 359 orang dalam serangan teror Ahad di Sri Lanka sebagian besar adalah orang berkecukupan materi. Selain itu, beberapa pelaku termasuk orang yang kuliah hukum di Australia.

"Beberapa tersangka pengeboman, kebanyakan dari mereka berpendidikan baik, berasal dari kelas menengah ke atas, mandiri secara finansial, dan keluarga mereka cukup stabil," ujar Wijewardene seperti dilansir New York Post, Kamis (25/4). Para pelaku teridentifikasi terdiri dari delapan pria dan seorang wanita. Mereka diyakini berada di belakang pembantaian Ahad lalu.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement