REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma'ruf Amin mengundang dua perwakilan Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno untuk memantau pusat hitung yang dikelola TKN. Tidak hanya BPN, TKN juga mempersilakan tiga pengamat politik didampingi media dan perwakilan mahasiswa untuk melihat pusat hitung suara tersebut.
Setelahnya, BPN dapat mengundang TKN untuk datang ke pusat hitung suara yang dikelola oleh pengusung Prabowo-Sandi. "Biar rakyat tahu, mana yang klaim dengan bukti dan pihak mana yang memprovokasi," kata Sekretaris TKN Hasto Kristiyanto dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis (25/4).
BPN menanggapi serius terhadap sikap yang tidak mau membuka data internal hasil perolehan suara. Hasto mengatakan, BPN tetap melakukan klaim kemenangan tanpa membawa bukti rekapitulasi.
Menurutnya, klaim kemenangan hanyalah tindakan provokasi tanpa bukti. Dia meminta kubu lawan politik Jokowi itu untuk menghentikan klaim menang sepihak tanpa hasil rekapitulasi.
TKN berpendapat, kejujuran merupakan satu indikator moral sederhana dalam politik. "Dengan sikap BPN yang tidak mau transparan dalam rekapitulasi, tidak bersedia di audit dan klaim sepihak kemenangan tanpa bukti hanyalah bukti kuatnya indikasi kebohongan dalam politik," kata dia.
Hasto berpendapat, dengan masa kampanye yang panjang dan hasil hitung cepat yang bisa dipertanggung jawabkan serta proses rekapitulasi yang akuntabel dan transparan, maka kemenangan Jokowi-KH Ma'ruf Amin semakin pasti. Tinggal, dia melanjutkan, menunggu legalitas melalui hasil hitung resmi KPU.
"Energi bangsa sudah terkuras selama delapan bulan. Sudah saatnya curahkan segala daya, bangun kemajuan negeri," katanya.