Rabu 24 Apr 2019 14:13 WIB

Zero Accident 15.833.573 Jam Kerja Polytama Raih Penghargaan

Polytama melihat bahwa K3 itu telah menjadi budaya kerja.

Direktur Operasional Poltama Syawaludin Azwar menerima penghargaan dari Menaker Hanif Dhakiri.
Foto: Foto: Istimewa
Direktur Operasional Poltama Syawaludin Azwar menerima penghargaan dari Menaker Hanif Dhakiri.

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Mampu menihilkan angka kecelakaan kerja, PT Polytama Propindo berhasil meraih penghargaan di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tahun 2019. Perusahaan penghasil resin polypropylene (bijih plastik) itu mampu mencapai waktu produktif selama 15.833.573 jam tanpa kecelakaan kerja.

Penghargaan diberikan langsung oleh Menteri Tenaga Kerja (Kemenaker), Hanif Dhakiri di Hotel Bidakara, Jakarta pada Senin malam (23/4). Industri petrokimia yang memiliki pabrik di Desa Majakerta, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu ini memperoleh Zero Accident Award 2019.

Untuk Polytama, berdasar hasil audit tim independen, telah berhasil menerapkan program K3 sepanjang Januari 2015 sampai Desember 2018. Tercatat, 15.833.573 jam tanpa ada insiden atau kecelakaan kerja yang melukai, menelan korban jiwa, membuat sakit karyawan maupun orang lain di lingkungan kerja perusahaan salah satu produsen bijih plastik terbesar di Tanah Air. 

Direktur Operasional Poltama, Syawaludin Azwar menerima penyerahan penghargaan dari Menaker Hanif Dhakiri. Penghargaan tersebut merupakan bukti perusahaan industri hulu ini memiliki komitmen kuat untuk melindungi karyawannya dari kendala atau gangguan terhadap keselamatan dan kesehatan selama menempuh bertugas pada jam-jam kerja.

photo
Susana penyerahan penghargaan untuk perusahaan peraih K3 Award (Foto: Istimewa)

Sejak tahun 2015, Polytama telah berusaha memaksimalkan program K3 di lingkungan pabrik perusahaan petrokimia tersebut. Program tersebut dilakukan secara konsisten sehingga selama tiga tahun lebih, sampai memasuki akhir April 2019 ini, tidak pernah terjadi kecelakaan kerja yang melukai atau menelan korban pekerjanya.

“Awalnya K3 ini merupakan program. Namun setelah sekian lama program itu diterapkan, sampai hari ini, Polytama melihat bahwa K3 itu telah menjadi budaya kerja, kebutuhan sekaligus juga investasi. Penerapan K3 otomatis juga menjamin terus meningkatnya produktifitas kerja di lingkungan perusahaan,” tutur General Manager Polytama, Dwinanto Kurniawan, dalam keterangannya yang diterima Republika.co.id, Rabu (24/4). 

Investasi SDM

Pada malam pemberian penghargaan, Menaker Hanif Dhakiri menjelaskan, program K3 merupakan investasi besar bagi setiap industri atau perusahaan dengan memperhatikan aspek sumber daya manusia (SDM). Dengan keselamatan dan kesehatan kerja, produktifitas di dalam perusahaan akan makin tinggi sehingga menghasilkan keuntungan yang makin besar juga.

”K3 harus jadi budaya di lingkungan perusahaan. Jangan dijadikan beban. Sebab investasi terbesar justru pada SDM dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan selama bekerja. Dengan menjadikan K3 sebagai budaya, maka perusahaan tergerak untuk makin mengoptimalkan penerapan program tersebut,” tuturnya.

Perusahaan yang menerapkan program K3 secara baik, berarti telah melindungi tenaga kerjanya dari kemungkinan kecelakaan dan sakit. Dengan begitu, pekerja akan bekerja secara nyaman dan aman, sehingga tercapai produktifitas tinggi.

“Antisipasi juga era revolusi industri 4.0. Terjadi digitalisasi jenis-jenis pekerjaan yang tentunya memunculkan problem baru berkaitan dengan K3. Perusahaan yang maju dan berkembang ialah yang bisa menyesuaikan dengan perubahan tersebut,” tutur Hanif Dhakiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement