Rabu 24 Apr 2019 09:55 WIB
Tokoh Perubahan Republika

Ini Makna Perubahan Bagi Sutopo

Perubahan perlu dimaknai sebagai titik balik masyarakat sadar akan bencana.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Andi Nur Aminah
Kepala Pusat Data dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) - Sutopo Purwo Nugroho
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Kepala Pusat Data dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) - Sutopo Purwo Nugroho

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menjadi satu dari lima tokoh yang akan dianugerahkan sebagai Tokoh Perubahan Republika 2019.

Sutopo seorang birokrat yang selalu siap menyampaikan informasi terbaru tentang kebencanaan sepanjang 2018 dinilai memberi kontribusi besar dalam menyampaikan informasi kebencanaan terkini bagi publik di Tanah Air. Lantas, apa makna perubahan bagi Sutopo dari sisi kebencanaan yang ia geluti selama ini?

Baca Juga

Sutopo menilai perubahan adalah sesuatu yang harus menuju ke arah lebih baik. Dari sisi kebencanaan, perubahan perlu dimaknai sebagai titik balik masyarakat sadar akan bencana. Hal ini mengingat kondisi alam Indonesia yang menyebabkan bencana melanda Indonesia.

"Dalam konteks kekinian yang kita inginkan apalagi ke Indonesia, tentu perubahan-perubahan nanti menuju yang lebih baik. Dampak kerusakan lingkungan teratasi, bencana bisa kita tekan resiko dan sebagainya," ujar Sutopo saat berbincang dengan Republika.co.id, Senin (15/4).

photo
Kepala Pusat Data dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) - Sutopo Purwo Nugroho

Menurutnya, tanpa adanya perubahan, maka tantangan ke depan akan lebih sulit. Ia menyontohkan dari sisi kebencanaan bahwa perlunya sistem dan kebijakan preventif ."Itu untuk mengubah apa yang ada saat ini. Di bencana juga sama, kalau kita melihat kebencanaan, kondisi alam memang menyebabkan bencana meningkat terutama hidrometeorologi," ujar Sutopo.

Menurutnya, dalam menghadapi kebencanaan diperlukan kolaborasi semua pihak. Ia juga mengingatkan fase berulang bencana, yang seharusnya membuat manusia sadar. "Bencana alam, gempa bumi, tsunami, dan gunung meletus. Dia memiliki periode ulangnya, nah pada fase-fase sekarang ada beberapa tempat yang dia sudah bangkit, yang sebelumnya adalah fase tidur," ujar Sutopo.

Ia menilai, kondisi alam yang berubah, juga harus diikuti dengan perubahan pola pikir manusia agar tetap menjaga keseimbangan alam. Sebab, bencana terjadi karena selain kondisi alam, juga karena banyak disebabkan oleh ulah manusia.

 

"Kerusakan lingkungan sudah luar biasa, degradasi hutan, daerah aliran sungai, lahan kritis dan sebagainya sehingga ketika terjadi pemicu dalam hal ini hujan, ya sudah banjir longsor meningkat begitu banyak," kata Sutopo.

Sehingga, ia menilai perlu juga dipikirkan konsep penataan ruang untuk daerah rawan bencana. Hal ini untuk meminimalisasi jatuhnya korban karena bencana.

photo
Kepala Pusat Data dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) - Sutopo Purwo Nugroho

"Gempa, ya biarkan mau terjadi gempa, karena tempatnya sudah sesungguhnya di sana. Tapi yang jadi masalah manusia menempati daerah-daerah tadi. Gunung meletus ya dari dulu gunung meletus seperti itu, tidak jadi masalah tapi daerah-daerah kekuasaan si gunung yang tadi itu berubah menjadi pemukiman pemukiman sehingga ketika terjadi, fenomenanya jadilah korban," katanya.

Republika kembali menggelar malam penghargaan Tokoh Perubahan Republika 2018. Acara tersebut akan digelar di gedung Djakarta Theater, Jakarta Pusat, pada Rabu (24/4). Bukan kebetulan, kali ini tema yang diambil adalah “Merajut Persatuan untuk Kejayaan Bangsa”.

Rencananya, Sutopo bersama empat tokoh perubahan lainnya akan menerima penghargaan tersebut pada puncak acara yang digelar mulai pukul 19.00 WIB nanti. Pemimpin Redaksi Republika Irfan Junaidi mengatakan, penghargaan Tokoh Perubahan Republika yang sudah dimulai sejak 2005 atau 14 tahun lalu itu teguh dengan semangat menularkan inspirasi kebaikan kepada khalayak masyarakat.

Ia juga menambahkan, tema yang diangkat dalam penghargaan kali ini memang dirasa penting untuk disuarakan. “Tema ini perlu diangkat melihat kenyataan bahwa di masyarakat saat ini ada keterbelahan yang harus segera diakhiri," kata Irfan, Selasa (23/4).

Tokoh-tokoh yang dianugerahi penghargaan tahun ini juga diharapkan bisa mencerminkan semangat persatuan. Di antara para penerima penghargaan adalah Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Rektor Universitas Muhammadiyah Sorong Rustamadji, Direktur Wahid Institute Yenny Wahid, Ketua Dewan Syuro Takmir Masjid Jogokariyan Ustaz Muhammad Jazir, serta pengusaha asal Papua Barat sekaligus ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Bahlil Lahadalia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement