Senin 22 Apr 2019 17:18 WIB

Puluhan Rumah Warga Sukabumi Rusak Akibat Pergerakan Tanah

Sebanyak 24 unit rumah warga Sukabumi retak-retak karena pergerakan tanah.

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Nur Aini
Salah satu rumah yang rusak berat akibat bencana pergerakan tanah ditinggalkan pemiliknya di Desa Nagrak Jaya, Kecamatan Curug Kembar, Sukabumi, Jawa Barat, Kamis (18/8).
Foto: Antara/Budiyanto
Salah satu rumah yang rusak berat akibat bencana pergerakan tanah ditinggalkan pemiliknya di Desa Nagrak Jaya, Kecamatan Curug Kembar, Sukabumi, Jawa Barat, Kamis (18/8).

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Bencana pergerakan tanah di Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi mengancam sebanyak 115 unit rumah warga. Dari jumlah tersebut sebanyak 24 unit di antaranya mengalami kerusakan seperti bangunan retak-retak.

Data Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi menyebutkan, pergerakan tanah terjadi di tiga Kampung Gunungbatu terdiri dari RT 01, 02, dan 03 di RW 09 Kedusunan Liunggunung, Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung. Retakan bervariasi dari 0,5 centimeter sampai 200 centimeter.

Baca Juga

‘’Pergerakan tanah ini berdampak kerusakan pada sebanyak 24 rumah dari total kurang lebih 115 rumah dan sebanyak tujuh fasilitas umum,’’ ujar Koordinator Pusdalops BPBD Kabupaten Sukabumi Daeng Sutisna kepada wartawan Senin (22/4). Bentangan atau panjang retakan kurang lebih 150 meter di atas jalan provinsi dan berada di ketinggian 827 mdpl dengan koordinat -7.030155, 106.926851.

Menurut Daeng, tanah merupakan lahan basah di atas dan di bawah. Akibatnya ada penurunuan jalan provinsi 20-30 centimeter dan sebagian rumah rumah yang berada di tiga kampung terjadi keretakan. 

Kondisi tersebut, kata Daeng, menyebabkan terjadi kecemasan warga sekitar mengingat pergerakan tanah terus mengalami perubahan fisik setiap harinya. Sehingga, warga serta perangkat desa mengadakan rapat membahas permasalahan tersebut.

‘’Upaya sementara warga dan aparat desa melakukan pembelokan saluran air yang melintas di daerah retakan,’’ kata Daeng. Selanjutnya, melihat kondisi tersebut dipandang perlu adanya kajian teknis dari pihak terkait dalam hal ini Badan Geologi.

Terlebih curah hujan masih tinggi pada akhir-akhir ini. Hal itu untuk bisa menentukan upaya penanganan selanjutnya karena rumah yang terdampak dan terancam mencapai 115 unit yang dihuni sebanyak 130 kepala keluarga (KK) atau setara dengan 500 jiwa. 

Kepala Desa Kertaangsana, Agus Sudrajat mengatakan, data sementara dari desa menyebutkan ada 40 unit rumah yang terdampak atau terancam, akibat pergerakan tanah. Lokasi yang terancam pergerakan tanah ini berada di Jalan Raya Sukabumi - Sagaranten, kilometer 24.

Rumah yang terdampak, ungkap Agus, rata-rata mengalami retak di bagian lantai dan dinding. Bencana itu juga menyebabkan akses ruas jalan provinsi mengalami retakan.

Selain itu, kata Agus, pergerakan tanah tersebut juga berdampak pada lahan persawahan warga yang lokasinya berada di samping permukiman warga. Lebar retakan tanah bervariasi mulai dari lebar 20 sampai 50 centimeter.

Pemerintah Desa Kertaangsana bersama BPBD Sukabumi dan Kecamatan Nyalindung kata Agus telah melakukan penanganan. Hal itu terutama dengan mencari tahu penyebab pasti dari pergerakan tanah dan mengantisipasi adanya bencana susulan.

Agus menuturkan, pemerintah desa juga telah melakukan musyawarah dengan warga desa. Hal itu misalnya akan memasang pipa untuk mendistribusikan air ke lahan pesawahan warga.

Saat ini, kata Agus, warga masih tinggal di rumahnya masing-masing. Sebab, upaya relokasi masih menunggu arahan dari BPBD.

Seorang warga Kampung Urugan, Jaenudin (45 tahun) mengatakan, bagian dinding rumah terdapat retakan cukup panjang. Selain di rumahnya, kondisi serupa juga terjadi di tetangganya yang mengalami retak pada bagian lantai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement