REPUBLIKA.CO.ID, Direktur Fixpoll Media Polling Indonesia, Mohamad Anas
RA menanggapi perolehan suara Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pada pemilu 2019. Menurutnya, terdapat empat faktor yang membuat suara PKS melambung.
"Pertama memang PKS memiliki kader militan, itu telah teruji ditingkat kota dan kabupaten hingga daerah," kata Anas melalui sambugan telepon, Sabtu (20/4).
Kedua, manajemen internal PKS dinilai sangat baik meskipun sempat terjadi perpecahan dengan membentuk Gerakan Arah Baru Indonesia (GARBI). Hal itu, lanjutnya, dibuktikan dengan kemampuan PKS dalam meyakinkan (kembali) kadernya.
Ketiga, Anas mengatakan, masifnya dukungan PKS terhadap Prabowo-Sandiaga sedikit banyak memberikan dampak suara. Kemudian, PKS juga masih konsisten dalam merawat basis yang ada.
"Terakhir, PKS konsisten masih menyapa dan merawat di basis mereka, mereka memiliki program rutin yang bernama halaqah," ujarnya.
Anas menambahkan politik identitas khususnya isu agama memang selalu mewarnai momentum pemilu. Sebab, entitas masyarakat terhadap simbol agama masih kuat dan menarik.
Dia meyakini beberapa partai politik masih menggunakan peluang tersebut. Namun, lanjutnya, PKS yang dulunya kental dengan partai agama Islam kini mampu melebur kedalam masyarakat.
"Beberapa tahun kemudian PKS membuka diri dengan kelompok non muslim sejak dipimpin Anis Matta," jelasnya.
Untuk diketahui, dalam beberapa survei sebelum pemilu, suara PKS diprediksi tidak mencapai ambang batas parlemen sebesar 4 persen. Misalnya, survei LSI Denny JA , pada September 2018 mencatat PKS hanya mendapat 3,9 persen. Namun berdasarkan quick count sejumlah lembaga survei pascapemungutan suara, suara PKS mampu menyentuh angka delapan hingga sembilan persen di bawah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).