REPUBLIKA.CO.ID, Stok Tak Darurat, Tak Perlu Bulog Impor Bawang Putih
JAKARTA – Pengamat ekonomi Didiek J Rachbini menilai Bulog harus fokus untuk mengurusi komoditas beras alih-alih mesti ikut menjadi pengimpor bawang putih. Apalagi, kondisi stok bawang putih tidak dalam keadaan darurat.
“Bulog sebaiknya tidak usah ikut-ikutan. Baik itu dalam impor bawang putih, kedelai, atau lain-lain. Fokus saja ke beras,” ujar Ketua Lembaga Pengkajian, Penelitian dan Pengembangan Ekonomi (LP3E) Didiek, Selasa (16/4).
Didiek pun berpendapat, jika ada raapat kordinasi (rakor) lagi di Kemenko Perekonomian, seharusnya putusan impor bawang putih oleh Bulog tidak lagi dilakukan. Dikarenakan stoknya yang masih ada. Melihat perkembangan harga saat ini, stok bawang putih dianggap masih cukup aman. Dikarenakan harga bawang putih masih di kisaran Rp30—40 ribu di kawasan Jakarta.
Ke depan yang perlu dilakukan pemerintah adalah terkait kesinkronan data antar kementerian. Agar kiranya data mengenai stok komoditas tertentu antara Kementerian Pertanian maupun Perdagangan tidak bertentangan. Didiek juga meragukan kapabilitas keuangan Bulog untuk melangsungkan agenda itu.
Menanggapi rencana impor bawang putih oleh Bulog, Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Mochamad Faisal berpendapat, jika dalam keadaan darurat dimana harga di pasaran melonjak tinggi, bisa saja Bulog turun tangan.
Namun ketika Menteri Perdagangan menyebut tidak dalam kondisi darurat, atau tidak urgent, maka bisa dipertimbangkan. Apalagi Kementan menegaskan stok masih ada. “Jadi harus disuport (didukung) data yang tepat, masalahnya kalau Bulog kan tidak ada kewajiban menanam seperti importir swasta, nah ini masalahnya sisi swasta cukup atau tidak?,” ujarnya.