Selasa 16 Apr 2019 13:31 WIB

Semen Organik UMS Raih Juara II Kompetisi di Malaysia

Tim membuat sebuah karya semen dengan memanfaatkan limbah organik.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Gita Amanda
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Foto: ums.ac.id
Universitas Muhammadiyah Surakarta

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, berhasil meraih juara II dalam kompetisi 5th International Biotechnology Competition and Exhibition (IBCEx) yang diselenggarakan oleh Universiti Teknologi Malaysia (UTM) pada 5-6 April 2019.

Prestasi tersebut berhasil diraih oleh mahasiswa dari Prodi Teknik Kimia Fakultas Teknik (Tekkim FT) UMS yakni Sulton Afkhar Nawawil (angkatan 2015), Restu Zulaekha (angkatan 2015), dan Falido Wisnu Guntoro (angkatan 2016). Mereka meraih juara kategori Waste Treatment.

Baca Juga

Forum 5th IBCEx sendiri terdiri dari tiga kategori, di antaranya Bioenergy, Waste Treatment, dan Green Product. UMS mengirimkan tiga tim untuk ketiga kategori tersebut.

Falido mengungkapkan, dalam kompetisi tersebut timnya membuat sebuah karya semen organik yang memanfaatkan limbah organik. "Jadi semen yang biasanya dibuat pakai batu kapur dan silika, itu kami subtitusi bahan-bahannya dengan menggunakan tulang sapi, cangkang telur, dan sekam padi," ucapnya seperti tertulis dalam siaran pers, Selasa (16/4).

Pemilihan bahan tulang sapi dan cangkang telur ini dikarenakan dua bahan tersebut dinilai mengandung batu kapur. Sehingga dapat digunakan untuk mengganti batu kapur yang digunakan dalam semen pabrik. Kemudian bahan sekam padi dinilai mengandung silika, sehingga dapat digunakan untuk mengganti pasir silika.

Falido mengakui, timnya menemukan kendala dalam pembuatan semen organik tersebut berkaitan dengan suhu. Suhu kalsinasi yang digunakan dalam pembuatan semen di pabrik mencapai 1.350 derajat celcius. Dalam penelitian tersebut, timnya kesulitan untuk menemukan alat dengan suhu setinggi itu. "Sehingga untuk pemecahannya, kami melakukan pembakaran kalsinasi dengan menggunakan las karena suhu las mencapai 2.000 derajat celsius," jelasnya.

Falido menambahkan, kompetisi tersebut berbeda dengan Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) di tingkat nasional. Dalam kompetisi ini terdapat dua tahap yang harus dilalui peserta hingga berhasil meraih juara.

"Exhibition itu semacam kami menampilkan hasil karya dalam sebuah display, memasang poster atau banner, di situ kami diwawancara dan ditanya-tanya tentang produk. Nanti baru kompetisinya itu ada presentasi di tahap kedua," ungkapnya.

Dalam tahap pertama itu, ketika display berlangsung ada empat orang juri yang berkeliling. Keempat juri tersebut berkeliling dengan dibagi menjadi dua kloter. Selanjutnya, setiap kloter juri yang datang diberikan waktu 8 menit untuk menilai penjelasan dari peserta, dan ditambah 4 menit untuk tanya jawab.

Falido menambahkan, tahap pertama diikuti lebih dari 30 tim dari berbagai perguruan tinggi tingkat internasional. Selanjutnya, dari masing-masing kategori akan dipilih tiga tim untuk masuk tahap kedua.

Falido berharap, para mahasiswa UMS ke depan tidak lagi memiliki rasa minder meski kuliah di Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Sebab dengan memiliki kepercayaan diri, maka mahasiswa PTS tetap dapat berprestasi di tingkat internasional.

"Kemarin saya juga bertemu tim dari univesitas lain dari Indonesia dan negara lain, itu sebenernya riset mereka juga tidak terlalu wah-wah amat, bahkan tim kami ada yang lebih wah," ujarnya

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement