Senin 15 Apr 2019 12:10 WIB

Imbauan Muhammadiyah Jelang Pemilu 2019

Muhammadiyah meminta semua pihak ciptakan suasana tenang, aman, damai, dan baik.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Hasanul Rizqa
Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu'ti
Foto: Republika
Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu'ti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah mengimbau kepada seluruh pihak agar bijak dalam memanfaatkan media sosial (medsos) dan media massa. Hal itu disampaikan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti.

Dia meminta segenap elemen masyarakat untuk menciptakan suasana yang kondusif dan harmoni, terutama pada masa tenang dan ketika gelaran pemilihan umum (pemilu). Setiap orang hendaknya menghindari penyebaran berita atau informasi hoaks, perseteruan, dan segala yang memicu kericuhan pada pelaksanaan pemilu.

Baca Juga

Dia meneruskan, Muhammadiyah juga mengimbau semua pihak harus menaati ketentuan yang berlaku saat pemilu. Misalnya, dengan tidak melakukan pergerakan atau aktivitas yang dapat mengganggu ketenangan serta mencederai proses pemilu.

"Kepada seluruh pihak hendaknya menggunakan hari-hari menjelang dan sesudah pemilihan sebagai peluang terbaik untuk secara bersama-sama menciptakan suasana yang betul-betul tenang, aman, damai, dan baik," kata Abdul Mu'ti saat membacakan pernyataan resmi organisasi tersebut di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Senin (15/4).

Alih-alih keributan, Muhammadiyah meminta semua pihak untuk memanfaatkan waktu demi menumbuhkan spiritualitas kolektif. Dengan begitu, ikatan persaudaraan kian erat serta menurunkan tensi ketegangan politik. Pada akhirnya, pelaksanaan pemilu pada Rabu (17/4) nanti dapat benar-benar kondusif.

Dalam sejarah, pada era reformasi telah berlangsung empat kali pemilu demokratis. Abdul Mu'ti menuturkan, proses pemilu kemudian kian terbuka dan bahkan, pada taraf tertentu, cenderung begitu bebas alias liberal.

Pada era Orde Baru, enam kali pemilu dilaksanakan. Sebelumnya, pada masa Orde Lama, RI mengalami pemilu pertama pada 1955. Hebatnya, pemilu 1955 itu terus dikenang sampai kini karena sukses dan demokratis dalam sejarah politik Indonesia.

Maka dari itu, Mu'ti mengatakan seluruh pihak supaya belajar dari pengalaman pemilu-pemilu yang telah lalu. Pesta demokrasi pada tiga zaman ini--Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi--baginya sarat dinamika.

Seyogianya, semua pihak benar-benar dapat menunjukkan kearifan, kedewasaan, serta kematangan dalam berpolitik dan berbangsa.

"Dan tanggungjawab tinggi dalam menyikapi dan melaksanakan Pemilu 2019 sebagai proses politik demokratis yang cerdas, berkeadaban dan berkemajuan disertai dijiwai kenegarawanan yang utama," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement