REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Komisioner Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi Jawa Timur (Jatim), Aang Kunaifi mengakui, potensi serangan fajar jelang pemungutan suara yang aka digelar 17 April 2019, masih ada. Maka dari itu, pihaknya terus memperketat pengawasan demi mengantisipasi serangan fajar tersebut.
Aang mengungkapkan, ada beberapa daerah di Jatim yang rawan terkena serangan fajar. Ia menyebut, ada di kawasan Madura dan Tapal Kuda. "Terpantau paling banyak masih per kategori rawan, masih wilayah Tapal Kuda, Madura, dan lain-lain," ujar Aang, dikonfirmasi Rabu (10/4).
Aang juga menyampaikan, saat ini Bawaslu Jatim sedang mengidentifikasi serangan fajar tersebut ditujukan ke kalangan mana saja. Identifikasi dimaksudkan untuk mengetahui pemilih di usia berapa yang masih cenderung menerima atau mengharap menerima uang serangan fajar tersebut.
"Kemudian ada beberapa pemilih yang menerima tapi belum tentu memilih sesuai arahan pemberi, kemudian lokasinya di mana saja, yang paling sering waktunya kapan, kemudian bentuk politik uang di setiap daerah itu berbeda-beda," ujar Aang.
Setelah identifikasi, lanjut Aang, pihaknya akan mengantisipasi tanggal dan waktu krusial terjadinya serangan fajar. Karena hasil identifikasi ini, nantinya ada pemetaan sehingga pengawasan bisa difokuskan dan ditingkatkan.
"Karena kami juga sudah menentukan berdasarkan pengalaman Pilkades sampai Pemilu nasional, siapa aktor yang paling sering melakukan politik uang di setiap daerah," kata Aang.
Aang mengungkapkan, jika serangan fajar kebanyakan dilakukan saat masa tenang, atau H-3 jelang pemungutan suara. "Berdasarkan pengalaman pemilu yang sebelumnya pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab itu melakukan politik uang guna mengharapkan pemilih," kata Aang.