Rabu 10 Apr 2019 04:00 WIB

BMKG Pasang Alat Deteksi Tsunami di Selat Sunda

Alat akan mengirimkan sinyal peringatan jika terjadi gelombang tinggi.

Citra Gunung Anak Krakatau yang diunggah oleh Earth Uncut TV, tampak air laut berwarna jingga kecokelatan.
Foto: Twitter/@Sutopo_PN/Earth Uncut TV
Citra Gunung Anak Krakatau yang diunggah oleh Earth Uncut TV, tampak air laut berwarna jingga kecokelatan.

REPUBLIKA.CO.ID, PANDEGLANG -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akan memasang tiga alat buih tsunami di Selat Sunda dan Anak Gunung Krakatau (AGK). Dari tiga itu, satu dipasang di dekat AGK dan yang lainnya di wilayah Mega Trush Selat Sunda.

"Alhamdulillah Badan Pengkaji dan Penerapan Teknologi (BPPT) bekerja sama dengan kami akan memasang alat buih tsunami buatan dalam negeri generasi ketiga pada hari Rabu (10/4)," kata Deputi Bidang Geofisika BMKG Muhamad Sadly saat pembukaan Sekolah Lapang di Tanjung Lesung Resort, Selasa (9/4).

Pihak Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika mengadakan sekolah lapang bagi masyarakat dan unsur terkait lainnya untuk memitigasi bencana.

Muhammad Sadly mengungkapkan bencana tsunami hampir 95 persen terjadi diakibatkan oleh gempa tektonik. Namun, tsunami yang terjadi akibat erupsi gunung itu hanya terjadi beberapa persen saja.

Hingga saat ini, belum ada negara manapun yang menggunakan alat pendeteksi tsunami yang diakibatkan oleh erupsi gunung atau vulkanik. "Apabila terjadi gelombang tinggi, alat tersebut akan segera mengirim sinyal peringatan ke pusat BMKG, karena kami melakukan pantauan selama 24 jam tujuh hari kerja," ujarnya.

Dengan adanya bencana tsunami di Pandeglang, ia mengatakan memberikan pelajaran untuk dilakukan pengkajian lebih lanjut sehingga apabila terjadi tsunami tanpa ada gempa dapat terdeteksi. "Kita akan melakukan pengkajian karena kami yakin negara secanggih Jepang pun belum menggunakan alat seperti itu," tuturnya.

Terkait status Anak Gunung Krakatau, menurut dia, memang bukan kewenangan BMKG. Kendati demikian, status AGK sudah diturunkan oleh Badan Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (BVMBG) menjadi waspada.

"Jarak aman sekarang dua kilometer dari kawah gunung, sedangkan jarak dari gunung ke bibir pantai itu 50 km, jadi saya kira ini sudah cukup aman tapi tetap waspada," jelasnya.

Bupati Pandeglang Irna Narulita mengatakan, dirinya sangat bersyukur Kabupaten Pandeglang menjadi bagian dari 30 titik mitigasi bencana yang dilakukan BMKG di seluruh Indonesia. "Kami bersyukur ini perhatian besar dari BMKG untuk kita. Yang paling utama kita jangan panik, kejadian ini pelajaran bagi kita, saya juga akan buat regulasi agar homestay yang ada di bibir pantai tidak dijadikan untuk hunian," kata Irna.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement