Selasa 09 Apr 2019 17:00 WIB

BPN Jelaskan Diksi Kasar yang Digunakan Prabowo Saat Orasi

Fadli menegaskan orasi Prabowo selalu ditampilkan dengan candaan.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Muhammad Hafil
 Suasana kampanye akbar pasangan calon presiden 02, Prabowo  Subianto dan Sandiaga Uno, di Stadion Kridosono, Senin (8/4).
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Suasana kampanye akbar pasangan calon presiden 02, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno, di Stadion Kridosono, Senin (8/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga Fadli Zon mengomentari terkait diksi-diksi yang digunakan capres nomor urut 02 Prabowo Subianto dalam orasinya di kampanye terbuka yang dinilai terlalu kasar. Fadli mengatakan bahwa diksi-diksi tersebut disampaikan sembari bercanda.

"Saya kira nggak lah itu kan, coba dong dilihat gesture Pak Prabowo kan kadang-kadang sambil bercanda dan sebagainya," kata Fadli di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (9/4).

Baca Juga

Sebaliknya, yang justru melancarkan pernyataan kasar adalah capres nomor urut 01 Joko Widodo. Menurut Fadli, pernyataan 'Saya akan Lawan' yang disampaikan Jokowi beberapa waktu lalu merupakan bukti bahwa yang justru melontarkan pernyataan keras adalah Jokowi.

"Kalau Pak Prabowo dari dulu biasa aja gitu," ucap wakil ketua Partai Gerindra itu.

Selain itu, Fadli mengaku tidak khawatir bahwa diksi yang disampaikan Prabowo memberikan pembelajaran politik yang tidak baik kepada masyarakat. Justru menurutnya, masyarakat senang dengan sikap tegas yang diperlihatkan Prabowo.

"Masyarakat membutuhkan pemimpin yang tegas, yang jelas, yang tidak tipu-tipu, dan tidak munafik," tegasnya.

Sebelumnya, Prabowo dalam orasinya di kampanye Akbar di Stadion Utama Gelora Bung Karno mengungkapkan bahwa ibu pertiwi saat ini sedang sakit. Bahkan Prabowo menggunakan diksi 'diperkosa' untuk menggambarkan kondisi yang bangsa yang sedang tidak baik.

Tidak hanya itu, di kesempatan yang sama Prabowo juga menggunakan diksi 'ndasmu' untuk menunjukan kejengkelannya kepada narasi bahwa pertumbuhan ekonomi lima persen itu hebat. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement