REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengirimkan surat kepada para elite Demokrat soal Kampanye Akbar pasangan 02. Sayangnya surat tersebut bocor sehingga kini menuai polemik.
Ketua Divisi Advokasi dan Hukum Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean mengaku tidak tahu bagaimana kemudian surat dari ketua umumnya bocor. Apalagi kata dia, surat tersebut bocor bertepatan di hari Kampanye Nasional Prabowo Subianto -Sandiaga Uno digelar di gedung Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta Pusat Ahad (7/4) kemarin.
“Saya juga tidak tahu kenapa itu surat bisa beredar keluar,” kata Ferdinand kepada Republika, Senin (8/4).
Ia lantas menjelaskan, bahwa surat tersebut awal mulanya diperuntukkan bagi internal partainya. Yang intinya kata dia, memberikan masukan terhadap kampanye yang akan diselenggarakan di GBK tersebut. “Jadi begini, bahwa surat itu adalah kepentingan internal Partai Demokrat yang intinya Pak SBY memberikan masukan terhadap acara tersebut,” jelasnya.
Sebenarnya Ferdinand mengungkapkan, bahwa ia juga tidak tahu dari mana SBY mendapatkan informasi bahwa seolah ada yang tidak sesuai dalam kampanye yang akan diselenggarakan tersebut. Informasi itu yang kemudian membuat SBY menyurati ketiga elite partainya.
“Saya tidak tahu beliau (SBY) mendapat masukan dari siapa, informasi dari siapa tapi ada info yang diterima bahwa seolah-olah kampanye itu mengidentikkan Prabowo dengan khilafah,” jelasnya.
Karena informasi tersebut kemudian Presiden Indonesia ke-6 itu lantas memberikan masukan melalui elite tokoh partainya. Yang mana tujuan dari isi surat adalah agar kampanye dilakukan secara nasionalis dan kebinekaan.
“Maka saran pak SBY tersebut kemudian kan sudah dilaksanakan oleh panitia kemarin dan acara tersebut jelas kampanye itu menghadirkan semua agama bahkan ada dari selain Muslim (juga turut hadir),” paparnya.