REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK TENGAH -- Satriawan sudah tampak tenang. Rumahnya yang hancur akibat gempa pada tahun lalu kini sudah terbangun kembali dengan desain rumah tahan gempa (RTG) jenis rumah instan konvensional.
Pria berusia 36 tahun itu sudah menempati rumah barunya bersama istri dan dua anaknya sejak Februari lalu. Sebelumnya, warga Dusun Montong Dao, Desa Teratak, Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) tersebut, tinggal di tenda selama berbulan-bulan karena rumahnya sudah rata dengan tanah.
"Alhamdulillah, sekarang tenang karena sudah kembali ke rumah," ujar Sastriawan di sela-sela kunjungan Wapres Jusuf Kalla ke desanya, Sabtu (6/4).
Kondisi rumah tahan gempa yang sudah jadi dan sedang dalam pembangunan di Desa Teratak, Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah, NTB, Sabtu (6/4).
Satriawan menyampaikan, gempa yang kembali melanda Lombok pada Ahad (17/3) tidak berdampak pada kondisi rumah barunya. "Alhamdulillah gempa kemarin tidak ada rusak, retak-retak saja tidak ada," kata Satriawan.
Satriawan memilih rumah instan konvensional karena memberi sedikit kebebasan bagi dirinya untuk membangun rumah sendiri. Sebagai tukang, Sastriawan memilih membangun rumahnya sendiri dengan dibantu fasilitator dari Kementerian PUPR agar rumah yang dibangun memenuhi kaidah tahan gempa.
"Kebetulan rata-rata warga di sini tukang, jadi kita sendiri yang kerjakan dan ada fasilitator yang selalu mendampingi," ucap Satriawan.
Kondisi rumah tahan gempa yang sudah jadi dan sedang dalam pembangunan di Desa Teratak, Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah, NTB, Sabtu (6/4).
Satriawan menyebutkan perbedaan kondisi rumah lama dan rumah baru yang dia miliki. Kata dia, rumah lama miliknya tidak memiliki struktur yang memadai untuk tahan gempa sehingga membuat kerusakan parah saat gempa melanda.
"Dari struktur bangunan, kalau rumah yang kemarin itu jujur saja asal susun bata dan jadi rumah, kalau yang sekarang ada fasilitator jadi kita diberitahu bangunan yang tahan gempa seperti apa," kata Satriawan.