REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jajararan pimpinan dan pegawai di lingkungan PT Bank Negara Indoensia/BNI (Persero), Tbk diminta untuk tidak meremehkan penggunaan dunia maya di lingkungan sekitarnya. Hal ini seiring dengan maraknya konten-konten berpaham kekerasan seperti radikal terorisme yang berkembang begitu marak melalui dunia maya.
“Kelompok radikal terorisme memanfaatkan internet untuk berbagai hal, seperti penyebaran nilai-nilai, provokasi, untuk menyebarkan rasa takut hingga rekrutmen. Jangan sampai nilai-nilai menyimpang itu terserap atau berhasil merekrut pegawai yang ada di lingkungan BNI,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol Drs Suhardi Alius saat memberikan pengarahan di Kantor Pusat BNI, Jakarta, Selasa (2/3).
Lebih lanjut mantan Sekretaris Utama (Sestama) Lemhannas RI ini menjelaskan bahwa pengikisan nilai-nilai nasionalisme yang diiringi dengan perkembangan teknologi informasi digital yang begitu pesat tersebut tentunya dapat merugikan negara. Karena banyak generasi muda yang terpapar paham radikal terorisme tersebut melalui dunia maya.
“Perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang begitu pesat ini tentu membawa kemajuan, namun juga ada aspek negatifnya. Masyarakat dan anak muda kita dapat dengan mudah terpapar nilai-nilai kebencian dan paham menyimpang akibt banyaknya lonten-konten radikal yang ditemui di dunia maya,” ujar mantan Kabareskrim Polri ini.
Mantan Kapolda Jawa Barat ini menambahkan, dalam aliran baru terorisme, dunia maya telah digunakan secara masif digunakan untuk kepentingan jaringan kelompok teroris tersebut . Untuk itu Kepala BNPT mengajak kepaed apara pejabat dan pegawai di jajaran BNI untuk mengawasi penggunaan dunia maya di lingkungan sekitarnya.
BNI yang merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang perbankan milik pemerintah yang ada di Indonesia tidak menutup kemungkinan pegawainya juga bisa saja terinfiltrasi penyebaran paham radikal terorisme, sehingga seluruh pegawainya diminta untuk selalu waspada terhadap lingkungan sekita
“Karena penyebaran paham radikal terorisme selama ini sudah tidak mengenal tempat. Tidak hanya di lembaga pendidikan saja, instansi pemerintah dan bahkan BUMN pun bukan tidak mungkin bisa menjadi sasaran kelompok radikal terorisme untuk melakukan penyebaran paham-paham tersebut. Jadi baik pejabat dan pegawai BNI harus selalu mewaspadai hal itu,” ujar alumni Akpol tahun 1985 ini.