REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) hadir di dalam percakapan antara Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra dengan imam besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab (HRS).
Dalam percakapan tersebut, nama SBY disebut sebagai salah satu orang yang melakukan propaganda melawan Islam di Indonesia. Ketua DPP Partai Demokrat, Jansen Sitindoan pun membantah hak tersebut. Ia menyebut percakapan antara Yusril dan HRS yang menyeret nama SBY tidak benar.
"Jelas ngawur dan tidak benar itu. Bagaimana ceritanya sekarang pak SBY dituduh propaganda melawan Islam, sedang di zaman pak SBY dulu berkuasa saja hubungan pak SBY dengan ulama sangat baik," ujar Jansen kepada Republika.co.id, Kamis (4/4).
Ia menjelaskan, pada pemerintahan era SBY kerukunan antarumat beragama dinilai sangat baik. Bahkan, ayah dari Agus Harimurti Yudhoyono itu memberikan pandangan dan nasihat kepada Organisasi Konferensi Islam (OKI) tentang mengelola masalah Islam sedunia.
"Dan harus dicatat, sekarang ini pak SBY juga adalah salah seorang wise person council bersama mantan Presiden Turki Abdullah Gul dan mantan Presiden Nigeria Abdusalam Abubakar," ujar Jansen.
Maka dari itu, Jansen mengaku heran dengan dicatutnya nama SBY sebagai orang yang melakukan propaganda melawan Islam. Padahal menurutnya, peran SBY cukup besar dalam perkembangan Islam di Indonesia.
"Bagaimana dengan fakta demikian bisa dikatakan pak SBY dituduh berproganda melawan Islam. Itu maka kami mengatakan hal yang mengada-ada itu," ujar Jansen.
Sebelumnya, Yusril mengatakan Habib Rizieq juga menyeret nama Ketum Partai Demokrat (PD) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam percakapan tersebut. Berdasarkan penuturan Yusril, Rizieq menyebut Prabowo terjebak dengan SBY yang tengah berupaya melakukan propaganda melawan politik Islam.
"Perhatikan dalam WA di atas Rizieq yang bilang "PS lemah tentang Islam & lingkarannya pun masih banyak yang "Islamphobia". Apalagi PS sudah terjebak dengan SBY yang sedang propaganda melawan Politik Islam yang disebutnya sebagai "Politik Integritas" beraroma SARA" dan seterusnya," ujarnya.