Rabu 03 Apr 2019 17:24 WIB

Peluang dan Tantangan NTB Pascagempa

ercepatan pemulihan ekonomi NTB harus dikaitkan dengan peluang pertumbuhan ekonomi

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Gita Amanda
Pembangunan Sirkuit MotoGP Mandalika. Foto areal ruas jalan gerbang barat Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika di Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Praya, Lombok Tengah, NTB, Minggu (24/2/2019).
Foto: Antara/Ahmad Subaidi
Pembangunan Sirkuit MotoGP Mandalika. Foto areal ruas jalan gerbang barat Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika di Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Praya, Lombok Tengah, NTB, Minggu (24/2/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Pengamat ekonomi dan juga pendiri Berugak Lombok, Supiandi, mengatakan percepatan pemulihan ekonomi Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), pascagempa seharusnya juga dikaitkan dengan peluang pertumbuhan ekonomi yang didorong investasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Lombok Tengah.

Supiandi menyampaikan, 70 persen penduduk NTB mendiami Pulau Lombok, di mana sebelum gempa terjadi, jumlah penduduk miskin di NTB sebanyak 737 ribu jiwa atau 14,75 persen.

Baca Juga

"Gempa yang terjadi beberapa bulan lalu memiliki dampak penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar 1,5 persen dan meningkatkan jumlah penduduk miskin menjadi 806 ribu jiwa atau 15.88 persen," ujar Supiandi, Rabu (3/4).

Supiandi menambahkan, bencana gempa juga menyebabkan kerusakan di tujuh kabupaten dan kota di NTB dengan nilai kerusakan mencapai Rp 12,4 triliun dan kerugian sebesar Rp 2,49 triliun. Untuk memulihkan kembali dibutuhkan anggaran sekitar Rp 10,19 triliun.

Supiandi memandang pemulihan pascagempa membutuhkan kolaborasi semua pihak, mulai dari pemerintah, industri, LSM, dan masyarakat. Bantuan yang berasal dari pemerintah pusat sudah diberikan secara bertahap melalui berbagai jenis program. Pemerintah daerah juga sudah melakukan upaya maksimal dalam penanganan bencana.

"Meskipun begitu, banyak hal yang bisa dikritisi seperti kurangnya program mitigasi bencana padahal NTB merupakan daerah yang memiliki potensi bencana cukup tinggi," kata Supiandi.

Khusus sektor pariwisata, kata dia, sepertinya pemerintah daerah dan industri pariwisata tidak memiliki perencanaan yang baik tentang penanganan wisatawan jika terjadi bencana. Terbukti para wisatawan yang sedang berlibur di NTB pada saat itu panik dan beberapa menjadi korban. Ke depan, lanjut Supiandi, pemerintah daerah dan industri pariwisata wajib memiliki perencanaan ini.

"Gempa bisa menjadi bencana sekaligus berkah bagi masyarakat NTB, bencana karena menimbulkan kerugian yang cukup tinggi dan berkah itu sendiri ditandai dengan atensi yang tinggi terhadap NTB. Meskipun terjadi bencana, pandangan positif masih bertengger di NTB, terbukti dari tinggi nya permintaan untuk investasi di NTB saat ini," ucap Supiandi.

Supiandi menilai, saat ini NTB menjadi primadona untuk menanam masa depan. Dia menyebutkan pemerintah pusat dan daerah berkolaborasi mewujudkan NTB yang lebih baik.

"Tahun 2021 akan digelar MotoGP di sirkuit Mandalika, ini akan mendatangkan wisatawan dari berbagai penjuru dunia. Mulai dari pembalap, makanik, para sponsor dan tentunya para fans fanatik Moto GP," lanjut Supiandi.

Kata dia, kesempatan ini harus disiapkan dan dilaksanakan secara matang. Jika tidak, NTB hanya akan menjadi tempat nonton saja, sementara aktivitas lain seperti belanja, menginap, dan berwisata akan dilakukan di pulau tetangga (Bali) yang sudah memiliki infrastruktur dan pelayanan yang lebih memadai.

"Kunci utama adalah sumber daya manusia NTB yang siap. Untuk Bumdes dan UMKM NTB, ambilah bagian menjadi produsen makanan, pakaian dan oleh-oleh khas NTB. Jutaan wisatawan siap membeli produk Anda, mereka sudah membangun imajinasi betapa unik dan masyhurnya karya warga NTB," ungkap Supiandi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement