Rabu 03 Apr 2019 05:47 WIB

Maruf Amin Ungkap Alasan Mau Maju Bersama Jokowi di Pilpres

Maruf mengatakan ulama lebih dihargai dengan diajak ikut mengatur negara.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Nur Aini
Cawapres Kiai Maruf Amin bersama Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi dalam kampanye di Lapangan Nasional Selong, Lombok Timur, NTB, Selasa (2/4).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsi
Cawapres Kiai Maruf Amin bersama Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi dalam kampanye di Lapangan Nasional Selong, Lombok Timur, NTB, Selasa (2/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon wakil presiden (cawapres) Ma'ruf Amin kembali mengungkapkan salah satu alasan dirinya mau maju mendampingi calon presiden (capres) Joko Widodo (Jokowi) dalam Pilpres 2019. Dia mengatakan, ingin menemani Jokowi guna mengatur negara sesuai tugas ulama.

"Supaya negara tidak jauh-jauh dari ajaran Allah SWT," kata Ma'ruf Amin saat melakukan silaturahim dengan pengasuh dan santri Pondok Pesantren Attohiriyah Alfadiliyah, Praya, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), Selasa (2/4).

Baca Juga

Mantan Rais Aam Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU) itu mengatakan, maju sebagai cawapres merupakan sebuah penghargaan bagi ulama. Dia mengatakan, ulama menjadi lebih dihargai dengan diajak untuk ikut mengatur negara.

Menurut Ma'ruf, ulama dulu biasanya hanya dijadikan untuk memberikan dukungan kepada salah satu kandidat kepala negara. Setelah salah satu kandidat memenangi kontestasi demokrasi, dia mengatakan, biasanya mereka seakan dilupakan.

"Ada presiden-wapres kalau mau pilihan minta dukungan ulama, kalau sudah jadi wabilahitaufik. Kalau ada gubernur-wagub yang dicari ulama dan kalau sudah jadi wabilahitaufik. Bupati-wabup juga begitu," katanya.

Ma'ruf lantas mengumpakan ulama layaknya daun salam. Dia mengatakan, daun tersebut dicari saat hendak memasak agar masakan terasa wangi dan sedap. Namun, dia melanjutkan, daun tersebut menjadi yang pertama dibuang saat masakan telah matang.

"Alhamdulillah pak Jokowi tidak. Memang minta dukungan ulama, tapi menggandeng saya sebagai ulama menjadi cawapres, Alhamdulillah," ujarnya.

Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu lantas berharap di masa depan ada ulama yang akan menjadi presiden, bukan wakil presiden. Dia berharap, salah satu ulama itu akan datang dari salah satu santri yang ada di Indonesia.

"Santri sini bukan mustahil, kalau dapat kun fayakun Allah. Yang penting belajar. Dan saya merasa, bahwa ini kewajiban saya untuk bersama-sama membangun negara dalam rangka menjaga negara supaya tenang, tentram, utuh, dan tidak terjadi konflik," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement