Rabu 27 Mar 2019 17:09 WIB

Harga Kentang Dieng Anjlok

Kentang dihargai Rp 5 ribu per kilogram dari yang biasanya Rp 10 ribu per kilogram

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Christiyaningsih
Petani memanen kentang di perladangan kawasan dataran tinggi Dieng, Kepakisan, Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah, Rabu (31/10/2018).
Foto: Antara/Anis Efizudin
Petani memanen kentang di perladangan kawasan dataran tinggi Dieng, Kepakisan, Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah, Rabu (31/10/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARNEGARA -- Anjloknya harga komoditas pertanian tak hanya dialami petani padi. Petani kentang di dataran tinggi Dieng Kabupaten Banjarnegara saat ini juga merasakan getirnya hasil panen akibat harga kentang yang anjlok sangat dalam.

"Saat ini kentang hasil panen petani hanya dihargai Rp 5 ribu per kilogram. Padahal normalnya harga kentang di tingkat petani berkisar Rp 10 ribu per kilogram," jelas Ketua Asosiasi Petani Kentang Dieng, Muhammad Mudasir, Rabu (27/3).

Dia menyebutkan hasil panen kentang pada musim tanam kali ini sebenarnya cukup baik. Meskipun curah hujan menjelang masa panen cukup tinggi, namun tidak sampai merusak tanaman dan menurunkan hasil panen. "Dibanding pada masa tanam musim kemarau, hasil panen kali ini memang turun. Namun secara umum, hasil panennya masih cukup baik," jelasnya.

Menurutnya, pada musim panen kali ini kebanyakan petani kentang Dieng masih bisa mendapatkan hasil panen rata-rata sembilan sampai 10 ton per hektar. Sedangkan pada musim kemarau, hasil panen bisa mencapai 12-18 ton per hektar. "Tapi biaya tanam pada musim kemarau lebih tinggi dibanding musim hujan. Selain serangan hama dan harus menyedot air, juga seringkali tanaman terserang bun upas (embun beku) yang bisa mematikan tanaman kentang," jelasnya.

Dengan harga jual Rp 5 ribu per kilogram, petani kentang benar-benar tidak bisa mendapatkan keuntungan. Dengan hasil panen sebanyak semblan sampai 10 ton per hektar, maka dari hasil panennya petani hanya mendapatkan uang paling banyak Rp 50 juta.

Padahal untuk budidaya kentang petani paling tidak mengeluarkan biaya hingga Rp 70 juta per hektar. Biaya tersebut antara lain digunakan untuk mengolah lahan, membeli plastik penutup lahan, membeli pupuk, dan obat-obatan. "Karena itu dengan harga jual Rp 5 ribu per kilogram petani kentang benar-benar mengalami kerugian cukup besar," jelasnya.

Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Banjarnegara, Totok Setya Winarno, membenarkan anjloknya harga kentang Dieng saat ini. Dia mengatakan anjloknya harga kentang dipengaruhi hukum pasar di mana makin banyak pasokan maka harga semakin turun. "Sentra penghasil kentang tidak hanya ada di Dieng. Di daerah lain juga sudah banyak petani yang menanam kentang. Kebetulan masa panen kentang di daerah lain juga berbarengan sehingga harga kentang menjadi anjlok," jelasnya.

Untuk mengatasi hal ini, Totok mengaku sudah berulang-kali pihaknya menyampaikan pada petani di Dieng agar merotasi jenis tanaman yang dibudidayakan. Misalnya, dengan menanam bawang putih yang saat ini harganya cukup mahal.

Harapan itu, menurut Totok, juga pernah disampaikan pihak Kementerian Pertanian pada petani di Dieng. Bahkan agar petani bersedia mengganti tanaman kentangnya dengan bawang putih. Kementan menyatakan akan membantu benih unggul, kebutuhan pupuk, dan perawatan. "Namun sampai saat ini hanya sedikit petani yang mau menanam bawang putih," katanya.

Dia menyebutkan selama ini petani kentang Dieng hanya merotasi budidaya tanamannya dengan tanaman wortel dan kubis. Padahal harga jual hasil panen tanaman ini tidak terlalu tinggi. "Untuk itu, kami berharap para petani Dieng mulai mencoba untuk melakukan budidaya bawang putih. Apalagi pada masa lalu Kabupaten Banjarnegara juga pernah menjadi salah satu sentra penghasil bawang putih,'' katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement