Selasa 26 Mar 2019 06:39 WIB

Kiai Maruf Sedih Mendengar Cacian Cebong dan Kampret

Kiai Maruf hadiri peluncuran teknologi hologram pasangan capres-cawapres.

Rep: Muhyiddin/ Red: Teguh Firmansyah
Calon Wakil Presiden nomor urut 01, KH. Ma'ruf Amin bersama  istrinya Wury Estu Handayani saat diwawancara di sela-sela sarafi  politiknya ke Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (20/3) malam.
Foto: Republika/Muhyiddin
Calon Wakil Presiden nomor urut 01, KH. Ma'ruf Amin bersama istrinya Wury Estu Handayani saat diwawancara di sela-sela sarafi politiknya ke Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (20/3) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 01, KH. Ma'ruf Amin menghadiri peluncuran teknologi hologram pasangan capres-cawapres nomor urut 01 di Rangkasbitung, Lebak, Banten, Senin (25/3) malam.

Dalam peluncuran, sosok hologram Kiai Ma'ruf dan Jokowi ditampilkan di hadapan ribuan warga Lebak yang hadir.  Dalam hologram, Kiai Ma'ruf tampak mengenakan pakaian serba putih, memakai sarung dan surban, serta kopyah warna hitam. Hologram Kiai Ma'ruf mengaku sedih melihat kondisi Pilpres 2019.

Baca Juga

Karena, pada Pilpres kali ini kondisi masyarakat Indonesia saling mengejek dan saling fitnah. "Yang membuat saya sedih, makin ke sini menjelang Pilpres 2019, kondisi itu bukannya makin mencair, tapi justru makin berat, dan kata-kata seperti cebong dan kampret diikuti caci maki lainnya begitu deras keluar dari mulut manusia," ujar Kiai Ma'ruf saat berpidato melalui teknologi hologram di hadapan ribuan warga Lebak.

Melihat kondisi itu, Kiai Ma'ruf pun hanya bisa mengelus dada. Karena, menurut dia, perbuatan saling mencaci antarsesama saudara sebangsa itu tidak pernah diajarkan oleh para pendahulu dan pendiri bangsa ini.

"Saya tidak rela bangsa ini menjadi bangsa yang saling olok-mengolok, saling serang, dan tidak ada akhir," kata Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini.

Selain itu, hologram Kiai Ma'ruf juga menyoroti kondisi umat Islam saat ini, yang mana saling berbenturan karena adanya perbedaan pilihan politik. Bahkan, kata dia, ukhuwah Islamiyah antara sesama ormas Islam sekarang ini semakin sulit lantaran adanya perbedaan politik.

"Tentu ini mengkhawatirkan," jelas Mantan Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNH) ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement