Selasa 26 Mar 2019 00:08 WIB

Redpel Haluan Akui Peralat Media untuk Fitnah Irwan Prayitno

Redpel Harian Haluan memilih berdamai dengan Irwan Prayitno

Rep: Febrian Fachri/ Red: Karta Raharja Ucu
Gubernur Sumbar Irwan Prayitno (IP) berkunjung ke rumah korban gempa di Solok. IP juga menyerahkan bantuan sebesar Rp 29 juta kepada korban. Sedikitnya 70 rumah mengalami kerusakan akibat gempa 5,4 SR pada Sabtu (21/7) kemarin.
Foto: Republika/Sapto Andika Candra
Gubernur Sumbar Irwan Prayitno (IP) berkunjung ke rumah korban gempa di Solok. IP juga menyerahkan bantuan sebesar Rp 29 juta kepada korban. Sedikitnya 70 rumah mengalami kerusakan akibat gempa 5,4 SR pada Sabtu (21/7) kemarin.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Redaktur Pelaksana Harian Haluan, Bhenz Maharajo, memilih berdamai dan mengakui kesalahannya kepada Gubernur Sumatra Barat Irwan Prayitno. Sebelumnya keduanya bertikai sejak April tahun lalu. Irwan melaporkan Bhenz karena merasa telah difitnah melakukan tindakan korupsi.

Irwan merasa difitnah oleh Bhenz melalui postingan Facebook. Dalam postingannya yang memuat foto halaman utama Harian Haluan yang terbit pada 28 April 2018, Bhenz menuduh Irwan Prayitno terlibat dalam pusaran dugaan korupsi Surat Pertanggungjawaban (SPJ) fiktif senilai Rp 62,5 miliar di Dinas Prasjaltarkim.

"Ke depan, secara pribadi saya berjanji tidak akan memperalat media untuk menyerang nama baik Gubernur Sumbar dengan pemberitaan atau informasi yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Bahkan, kalau masih ada pemberitaan yang menuduh dan menyebut soal keterlibatan Irwan Prayitno dengan kasus Yusafni, saya akan mengklarifikasinya kepada si pembuat berita, dan menyebut bahwa berita itu adalah fitnah dan tidak benar,” kata Bhenz, dikutip dari keterangan resmi yang diterima Republika.co.id, Senin (25/3).

Irwan melaporkan melaporkan Bhenz Maharajo dan kawan-kawan ke Kepolisian Daerah Sumbar pada 1 Mei 2018 lalu. Irwan merasa telah difitnah dan namanya dicemarkan dengan berita bohong yang disebarkan Bhenz.

Laporan bernomor LP/194/V/2018/SPKT sbr itu akhirnya ditindaklanjuti oleh penyidik Ditreskrimsus. Sejumlah pihak diperiksa, mulai dari pelapor, ahli, saksi, hingga Bhenz Maharajo sebagai terlapor. Status kasusnya naik ke tingkat penyidikan.

Bhenz kemudian menyadari kesalahannya. Ia meminta maaf kepada Gubernur. Permintaan maaf itu diucapkan secara langsung. Bhenz ingin berdamai dengan Irwan Prayitno secara proporsional dan profesional.

Dalam permintaan maafnya, Bhenz mengakui kesalahannya kepada Irwan Prayitno atas postingannya di Facebook dan di media online Harian Haluan yang berisi tuduhan dugaan korupsi, sesuai dengan pemberitaan Koran Harian Haluan tertanggal 28 April 2018, yang berjudul: Pengakuan Tersangka SPJ Fiktif, 500 Juta Untuk Baliho IP.

Bhenz kini meyakinkan publik bahwa Irwan Prayitno tidak terlibat dengan kasus Yusafni, apalagi menerima uang Rp 500 juta untuk baliho kampanye saat maju sebagai Gubernur Sumbar untuk kedua kalinya. Postingan yang memuat inti sari pemberitaan Harian Haluan itu dengan tegas disebutkan Bhenz sebagai fitnah, tidak benar dan melanggar kode etik jurnalistik.

"Sebagai yang paling kecil, serta sebagai adik, saya meminta maaf kepada Gubernur Irwan atas kesalahan yang saya perbuat. Saya berjanji akan mencabut postingan di akun Facebook yang berisi tuduhan dugaan korupsi sesuai dengan pemberitaan Koran Harian Haluan tertanggal 28 April 2018. Saya akui, berita itu fitnah dan itu tidak benar," ujar Bhenz.

Dalam kesempatan yang sama, Irwan mengatakan dengan pemintaan maaf Bhenz Maharajo, masalah ini telah selesai. Gubernur tidak ingin memeperpanjang persoalan.

“Sebenarnya secara pribadi, sudah lama saya memaafkan Bhenz Marajo dengan pemberitaan dan postingan di Facebook-nya yang telah memfitnah saya dengan tuduhan korupsi tersebut. Namun secara langsung, baru sekarang Bhenz minta maaf kepada saya,” ucap Irwan.

Irwan mengingatkan agar jurnalis berhati-hati dalam memberitakan sesuatu hal. Irwan menyebut bahayanya sebuah fitnah. Ketika menjadi sasaran fitnah dari postingan Bhenz dan pemberitaan melalui medianya Irwan merasakan ketidaknyamanan tidak hanya pribadi tapi juga keluarga.

Politikus Partai Keadilan Sejahtera itu menegaskan sebagai pribadi dan orang nomor satu di Sumbar, dirinya tidak pernah anti terhadap sebuah kritik. Menurut Irwan dirinya  malah sangat butuh kritik yang konstruktif supaya ia berada di jalur yang benar dalam menjalankan roda pemerintahan.

“Saya tidak anti kritik, malah sangat butuh kritik yang konstruktif. Wartawan dan media itu adalah sahabat saya, yang akan selalu mengingatkan,” kata Irwan menyampaikan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement