Jumat 22 Mar 2019 13:42 WIB

Wiranto Sebut Hoaks Digunakan untuk Singkirkan Lawan Politik

Wiranto kembali menegaskan, penyebaran hoaks dalam pemilu sebagai bentuk lain teror.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Andri Saubani
Menkopolhukam Wiranto (tengah) didampingi Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto (kedua kiri), Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian (kedua kanan), Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa (kanan) dan Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (Wakasal) Laksamana Madya TNI Wuspo Lukito (kiri) membacakan deklarasi damai saat Apel Gelar Pasukan Pengamanan Pemilu di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (22/3/2019).
Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Menkopolhukam Wiranto (tengah) didampingi Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto (kedua kiri), Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian (kedua kanan), Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa (kanan) dan Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (Wakasal) Laksamana Madya TNI Wuspo Lukito (kiri) membacakan deklarasi damai saat Apel Gelar Pasukan Pengamanan Pemilu di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (22/3/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Wiranto, menyebutkan, ada pihak yang tidak bertanggung jawab menggunakan hoaks dan politik identitas untuk memenangkan kontestasi pemilu. Hal tersebut, kata dia, merupakan bentuk lain dari teror kepada masyarakat.

"Penyebaran berita hoaks dan menguatnya politik identitas dalam ajang Pemilu Serentak 2019 merupakan bentuk lain dari teror kepada masyarakat," ujar Wiranto pada Apel Kesiapan Pengamanan Pemilu di Halim, Jakarta Timur, Jumat (22/3).

Baca Juga

Ia menjelaskan, pada tahapan pemilu ini, muncul berbagai kerawanan, di antaranya menyebarnya berita hoaks dan meningkatnya politik identitas. Menurutnya, berita hoaks, terutama yang disebarkan melalui media sosial, tentu memiliki tujuan politis.

"Yaitu dipakai sebagai alat untuk menyingkirkan lawan politik. Sehingga menyebabkan demokrasi menjadi tidak sehat dan merusak persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia," tuturnya.

Demikian pula dengan semakin menguatnya politik identitas menggunakan isu-isu suku agama ras dan antargolongan (SARA). Hal itu juga ia katakan telah menjadi salah satu strategi bagi pihak-pihak tertentu yang tidak bertanggung jawab dalam memenangkan konstelasi pemilu.

"Sehingga menyebabkan disintegrasi bangsa dan hilangnya rasionalitas dalam menentukan pilihan politiknya," kata dia.

Karena itu, kedua hal tersebut ia sebut sebagai bentuk teror kepada masyarakat. Hoaks dan politik identitas dapat memengaruhi kondisi psikologis masyarakat. Ia juga mengatakan, para pelakunya pun harus ditindak tegas dengan hukum.

"Kepada para pelakunya harus diambil langkah hukum yang tegas," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement