REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarakan peringatan dini potensi gelombang tinggi kisaran empat hingga enam meter karena pengaruh siklon tropis Veronica. Gelombang tinggi diperkirakan akan terjadi di Samudra Hindia selatan Bali hingga Nusa Tenggara Timur (NTT). Gelombang tinggi itu akan terjadi dalam kurun waktu empat hari ke depan yaitu Kamis (21/3) hingga Ahad (24/3) besok.
Kepala Bagian Humas BMKG Akhmad Taufan Maulana mengungkap hasil pantauan tim BMKG menunjukkan bahwa gelombang tinggi terjadi sehubungan dengan adanya Siklon tropis Veronica (976 hPa) di Samudra Hindia selatan NTB dan Siklon Tropis Trevor (991 hPa) di Teluk Carpentaria. "Faktor pendukung lainnya adalah kecepatan angin yang terpantau terjadi di Perairan Selatan Jawa Timur hingga Sumba, Perairan Selatan Kupang, Pulau Rote, Laut Sawu, Laut Timor selatan NTT, Samudera Hindia selatan Jawa Timur hingga NTT, Laut Jawa, Laut Banda bagian selatan, Perairan Kepulauan Letti hingga Tanimbar, Laut Arafuru, Laut Sulawesi bagian timur, dan Perairan Kepulauan Sangihe - Talaud," katanya seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Kamis.
Ia menambahkan, beberapa wilayah Indonesia lainnya juga rawan akan terjangan gelombang tinggi kisaran 2,5 hingga 4 meter. Dia menyebutkan wilayah tersebut di antaranya Samudera Hindia barat Lampung, Perairan Selatan Kupang - Pulau Rote, Selat Sunda bagian selatan, Laut Sawu, Perairan Selatan Jawa hingga Sumba, Laut Timor selatan NTT, Selat Bali - Lombok - Alas bagian selatan, Samudera Hindia selatan Jawa, Selat Sumba bagian barat, serta Laut Arafuru bagina timur.
Sementara itu, dia melanjutkan, sejumlah wilayah Indonesia juga masih berpotensi terserang gelombang tinggi meskipun dengan ketinggian yang lebih rendah yaitu 1,25 hingga 2,5 meter. Wilayah tersebut di antaranya Perairan Utara Sabang, Perairan Sabang - Banda Aceh, Perairan Barat Aceh, Perairan Barat Kepulauan Simeulue hingga Mentawai, Perairan Enggano - Bengkulu. Begitu juga di Perairan Barat Lampung, Samudera Hindia barat Aceh hingga Bengkulu, Selat Sape - Lamakera - Alor bagian selatan, Selat Ombai, Laut Jawa, Perairan Utara Jawa Timur, Laut Banda bagian selatan, Perairan Kepulauan Letti hingga Tanimbar, Perairan Kep. Kei – Aru, Laut Arafuru bagian barat hingga tengah, Perairan Amamapere, Perairan Barat Yos Sudarso.
Kemudian Laut Sulawesi, Perairan Timur Bitung, Perairan Selatan Sulawesi Utara, Perairan Kepulauan Sangihe - Kepulauan Talaud, Laut Maluku, Perairan Kepulauan Halmahera, Laut Halmahera, Perairan Utara Papua Barat hingga Papua, Teluk Cendrawasih bagian barat, dan terakhir Samudera Pasifik utara Halmahera hingga Papua. "Terkait potensi gelombang tinggi tersebut, nelayan diimbau untuk berhati-hati dan memperhatikan risiko keselamatan pelayaran," ujarnya.
Ia mengungkap beberapa moda transportasi yang rawan di antaranya perahu nelayan dengan kecepatan angin lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1,25 meter. Kapal tongkang dengan kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 m, kapal ferry dengan kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 meter, serta kapal ukuran besar seperti kapal kargo/kapal pesiar dengan kecepatan angin lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas 4 meter.
BMKG, dia melanjutkan, juga mengimbau masyarakat yang berdomisili dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi serta wilayah pelayaran padat agar selalu waspada. "Jika terjadi gelombang tinggi, segera berlari menjauh ke tempat yang lebih tinggi dan aman," katanya.