Selasa 19 Mar 2019 20:02 WIB

Menyinggahi Kampung Kelahiran Ustaz Somad

Kampung Silau Laut ini didirikan oleh Syeikh Abdurrahman.

Rep: irfan junaidi/ Red: Dwi Murdaningsih
Kediaman Hj Rohana, ibunda Ustaz Somad di Kampung Silau Laut, Kabupaten Asahan, Sumatra Utara.
Foto: ist
Kediaman Hj Rohana, ibunda Ustaz Somad di Kampung Silau Laut, Kabupaten Asahan, Sumatra Utara.

REPUBLIKA.CO.ID, ASAHAN -- Perlu perjalanan darat sekitar tiga jam dari Bandara Kualanamu untuk bisa menjangkau Kampung Silau Laut di Kabupaten Asahan, Sumatera Utara. Kampung ini tampak asri, meski udara terasa sedikit panas.

Secara fisik tak beda dengan kampung-kampung lainnya. Waktu di Silau Laut pun terasa berjalan lamban. Tak terlihat hiruk-pikuk lalu lintas seperti di kota. Wilayah ini memang terletak agak jauh dari Kisaran, ibukota Kabupaten Asahan.

Baca Juga

Dari Kisaran menuju Kampung Silau Laut terdapat jalan aspal yang secara umum mulus. Kanan-kirinya kebun sawit yang menghampar hijau. Sesekali kebun sawit itu diselingi perkampungan.

Dalam peta, kampung ini tidak begitu menonjol. Namun dari kampung inilah lahir ustaz yang ceramahnya selalu ditunggu masyarakat Indonesia. Ustad Abdus Somad lahir di kampung ini. Saat takziah atas berpulangnya Ibunda Ustaz Abdus Somad, Hj Rohana, Republika.co.id berbincang soal Kampung Silau Laut ini.

Ustaz Somad pun menceritakan Kampung Silau Laut di masa lalu. "Saya lahir di kampung ini. Sampai kelas dua ibtidaiyah (setara kelas dua SD), umur sembilan tahun, orang tua pindah ke Pekanbaru," tutur Ustaz Somad.

photo
Kediaman Hj Rohana, ibunda Ustaz Somad di Kampung Silau Laut, Kabupaten Asahan, Sumatra Utara.

Menurut dia, Kampung Silau Laut ini didirikan oleh Syeikh Abdurrahman. Pada tahun 1900, Syeikh Abdurrahman mendapatkan hadiah tanah di kampung tersebut dari penguasa Asahan. Di tanah itulah Syeikh Abdurrahman yang belakangan disapa Syeikh Silau Laut itu kemudian berketurunan.

Salah satu cucu dari Syeikh Silau Laut itu adalah Hj Rohana yang tidak lain ibunda Ustaz Somad. "Ibu saya sepuluh bersaudara," ujar Ustaz Somad menambahkan.

Dulu, kata Ustaz Somad, memiliki letak geografis yang sangat strategis. Di masa lalu, transportasi laut sangatlah dominan. Kampung Silau Laut berada di antara dua pelabuhan besar, yakni Belawan dan Tanjung Balai. Dengan posisinya itu, Silau Laut pun menjadi persinggahan bagi para pelaut.

Mulanya, yang tinggal di kampung tersebut adalah anak keturunan Syeikh Abdurrahman. Namun mulai 1960-an, pendatang dari Jawa dan beberapa wilayah lain mulai menjadi penghuni Kampung Silau Laut.

Syeikh Abdurrahman aslinya dari wilayah Batu Bara atau sekarang dikenal sebagai Kabupaten Batu Bara. Namun setelah mendapat hadiah tanah di Silau Laut, Syeikh Abdurrahman pindah ke Silau Laut hingga wafatnya pada 1941. Makam Syeikh Abdurrahman berada dekat masjid di kampung tersebut. Saat ini menjadi salah satu tujuan wisata ziarah di kawasan Sumatera Utara.

Ustaz Abdus Somad menambahkan, kegairahan dinamika masyarakat mulai berkurang setelah transportasi beralih dari laut ke darat. Kampung Silau Laut tidak lagi menjadi persinggahan bagi para pejalan. Saat ini bahkan bisa dikatakan terpencil.

Meski pindah mukim ke Pekanbaru, Ibunda Ustaz Somad tidak ingin ikatan batinnya dengan Silau Laut terputus. Sang Ibunda membangun satu rumah yang tidak terlalu besar, hampir berseberangan dengan masjid.

Menurut Ustaz Somad, ibundanya itu rutin berkunjung ke Silau Laut enam bulan sekali dan menginap di rumah tersebut. Saat datang ke Silau Laut, Hj Rohana, pun menggelar syukuran atau kenduri. "Beliau membangun rumah ini juga memberi pesan agar kami tetap ingat dengan kampung halaman kami," tutur Ustaz Somad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement