REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis hasil survei terbarunya terkait golput di Pilpres 2019. Hasil survei tersebut mendapati pasangan calon (paslon) Joko Widodo-Ma'ruf Amin menjadi kubu yang paling merugi akan absennya hak suara para pemilih.
Peneliti LSI Denny JA Ikrama Masloman mengatakan, Jokowi rugi dalam empat segmen pemilih yang digolongkam oleh LSI. Ikrama mengatakan, calon presiden (capres) pejawat dirugikan dalam segmen pemilih minoritas.
Berdasarkan survei LSI Denny JA, populasi pemilih segmen ini kurang lebih sebesar 12.2 persen. Jokowi menjadi kubu dengan suara paling banyak di segmen pemilih ini sejak Agustus 2018, Jokowi-Maruf selalu unggul telak dari Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dengan keunggulan rata-rata diatas 50 persen.
"Jokowi sudah unggul 68,7 persen, yakni 80,3 persen berbanding 11,6 persen milik Prabowo, jika banyak terjadi golput maka pemilih Jokowi akan berkurang," kata Ikrama Masloman di Jakarta, Selasa (19/3).
Dia memprediksi, alasan tidak hadirnya pemilih minoritas dalam pemungutan suara pada 17 April nanti lantaran libur panjang, dimana 19 April merupakan hari libur nasional untuk peringatan wafatnya Isa Almasih. Dia melanjutkan, alasan lainnya terjadi golput di segemen minoritas yaitu karena pemilihnya merasa tidak aman sehingga banyak dari mereka yang memutuskan untik ke luar negeri.
Jokowi menjadi kubu yang paling dirugikan jika segmen wong cilik tidak hadi ke Tempat Pemungutan Suara (TPS). Ikrama mengatakan, wong cilik juga merupakan kantong suara Jokowi dengan selisih rata-rata di atas 25 persen. Populasi segmen pemilih inj 49,8 persen.
Survei terakhir pada Februari 2019 menunjukan dukungan Jokowi-Maruf di segmen wong cilik sebesar 63,7 persen berbanding 27,4 persen. Dalam survei terbaru, paslon 01 bahkan sudaj unggul dengan selisih sebesar 36,3 persen.
Ikrama mengatakan, ada tiga faktor yang menyebabkan absennya pemilih wong cilik. Pertama, karena mereka tidak terinformasi mengenai waktu pencoblosan. Kedua,
lebih mementingkan pekerjaan karena tidak mau rugi kehilangan upah harian.
"Ketiga, mereka tidak datang ke TPS karena alasan administrasi (merasa tidak
terdaftar, tidak memperoleh undangan TPS dan lain-lain," katanya.
Kerugian bagi Jokowi juga datang dari segmen segmen pemilih milenial (di bawah 40 tahun). Mereka juga termasuk kantong suara terbesar Jokowi dengan populasi
sebesar 44,7 persen. Ikrama mengungkapkan, paslon 01 selalu unggul dibanding lawan politik mereka sejak Agustus 2018.
Keunggulan Jokowi di segmen ini rata-rata di atas 15 persen. Pada survei Februari 2019, pejawat memperoleh dukungan sebesar 56,5 persen berbanding 34,5 persen. Ikrama memprediksi, golput bisa terjadi karena dua alasan.
Pertama, mereka umumnya tidak terinformasi mengenai waktu pelaksanaan pencoblosan. Kedua, mereka tidak datang ke TPS karena alasan apatisme. Dia mengungkapkan, apatisme muncul karena mereka tidak peduli politik dan tidak merasa bahwa capres yang dipilih berefek langsung ke mereka.
Jokowi juga akan merugi jika pemilih emak-emak atau perempuan tidak memberikan hak suara mereka. Segmen pemilih emak-emak dalam Pemilu 2019 sebesar hamlir 50 persen. Kantong pemilih ini, sejak awal pendaftaran selalu diungguli oleh pasangan Jokowi-Maruf.
Ikrama mengatakan, keunggulannya rata-rata di atas 25 persen. Survei Februari 2019 menunjukan bahwa saat ini dukungan terhadap Jokowi-Maruf di pemilih emak-mak sebesar 61 persen berbanding 30 persen. Artinya bahwa selisih kedua pasangan capres di segmen ini mencapai 31 persen.
"Masalah golput di pemilih ini karena tidak terinformasi dengan baik soal waktu pencoblosan, masalah administrasi, dan masalah apatisme politik," katanya.
Prabowo hanya merugi dikalangan segmen pemilih terpelajar yang merupakan kantong suara mereka. Populasi pemilih ini tidak besar, yakni 10 hingga 15 persen. Di kantong pemilih ini, pasangan Prabowo-Sandi cenderung lebih unggul daripada lawan politik mereka.
Ikrama mengungkapkan, Prabowo-Sandi cenderung unggul dengan selisih elektabilitas rata-rata di atas 7 persen sejak Agustus 2018. Survei terkini lada Februari 2019 menunjukan bahwa Prabowo-Sandi memperoleh dukungan sebesar 45,4 persen dibanding 36,1 persen.
Ikrama mengatakan, golput pada segmen ini bisa jadi karena dua alasan penting. Pertama, karena alasan apatisme politik dan kedua sebagai bentuk protes politik karena kedua capres dinilai tidak sesuai dengan harapan dan kriteria mereka.
Sedangkan dalam segmen pemilih muslim keduanya kandidat berpotensi dirugikan jika terjadi golput. Ikrama mengatakan, kerugian akan dialami bergantung dari afiliasi pemilih muslim dengan organisasi massa tertentu. Dia melanjutkan, Prabowo akan merugi jika golput terjadi dalam kelompok FPI, PA 212 atau jaringan kultural PKS.
"Jokowi akan merugi jika golput terjadi di luar ormas FPI, PA 212 dan lainnya, misalnya NU," katanya.
Survei LSI. Peneliti LSI Denny JA Ikrama Masloman memberikan keterangan terkait survei terkini bertajuk Siapa Dirugikan Golput: Jokowi atau Prabowo? di Jakarta, Selasa (19/3).
Sementara, survei ini dilakukan pada rentang waktu 18-25 Februari 2019, menggunakan metode multistage random sampling, dengan melakukan wawancara tatap muka. Jumlah responden yang dilibatkan yaitu 1.200 orang pada margin of error 2,9 persen.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya dalam pemilu pada April 2019 nanti. Di hadapan ribuan pengemudi truk yang berkumpul di Tanjung Priok pada Ahad (17/3) kemarin, Presiden menitip pesan kepada para sopir untuk mengajak keluarga dan tetangga bersama-sama mencoblos di Tempat Pemungutan Suara (TPS) April nanti.
"Saya titip untuk 17 April 2019. Ajak kawan-kawan kita, teman-teman kita saudara untuk berbondong bondong ke TPS gunakan hak pilih. Jangan sampai ada yang golput," jelas Jokowi.
Jokowi memandang, suara rakyat pada pesta demokrasi pada April nanti akan menentukan nasib Bangsa Indonesia ke depannya. Selain kepada sopir truk, Jokowi juga meminta tolong Forum Betawi Rempug (FBR) untuk tidak golput. Dalam kunjungan FBR ke Istana Bogor pada Senin (18/3) pagi ini, Jokowi meminta FBR bisa mengajak orang untuk menggunakan hak pilih dan tidak golput.
Sementara, Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menyebut adanya gelombang golongan putih (golput) tak akan memengaruhi elektabilitas paslon mereka. BPN masih meyakini partisipasi masyarakat di Pemilu 2019 tinggi.
"Kami optimis kalau pun ada golput tidak akan mempengaruhi tren elektabilitas pasangan Prabowo-Sandi unggul di Pemilu 2019," kata Juru Bicara BPN Suhud Alynudin saat dihubungi, Jumat (25/1).
Menurut Suhud, BPN pun tetap berupaya mengajak masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya. Upaya tersebut dilakukan dengan model kampanye yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. "Seperti yang dilakukan Pak Sandi," kata dia.
Sejauh ini, kata Suhud, tingkat partisipasi politik rakyat di Indonesia relatif masih tinggi. Pihaknya pun masih optimistis di Pemilu 2019 masyarakat akan datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) untuk menyalurkan suaranya.
"Kami berharap partisipasi politik masyarakat tinggi. Karena Pemilu 2019 menyangkut hajat hidup dan masa depan bangsa," ujar Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini.
Sebelumnya, KPU tetap yakin partisipan peserta pemilu dalam Pilpres April 2019 mendatang, dapat mencapai 77,5 persen. Meskipun saat ini mulai muncul gerakan golongan putih.
“Ini sebenarnya tantangan kepada peserta pemilu. (Targetnya) 77,5 persen untuk partisipasi,” ujar Komisioner KPU Hasyim Asy'ari di Gedung Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Kamis (24/1).
Menurut dia, masyarakat yang masih golput ini kebanyakan karena belum yakin untuk memilih salah satu kandidat. Karena itu, para calon diharapkan bisa lebih cakap lagi dalam menggaet simpati masyarakat, agar jumlah partisipan dalam Pilpres terus merangkak naik.