Senin 18 Mar 2019 17:55 WIB

Kisah Mereka yang Selamat dari Pembantaian di Christchurch

Brenton Tarrant sempat kembali ke mobil untuk mengganti senjata.

Rep: Muhammad Riza Wahyu Pratama/ Red: Budi Raharjo
Seorang gadis kecil berjalan untuk meletakkan bunga di dinding Kebun Raya di Christchurch, Selandia Baru, Ahad, (17/3/2019). Meletakkan bunga sebagai aksi solidaritas pascapenembakan di dua masjid kota Christchurch pada Jumat (15/3).
Foto: AP / Vincent Thian
Seorang gadis kecil berjalan untuk meletakkan bunga di dinding Kebun Raya di Christchurch, Selandia Baru, Ahad, (17/3/2019). Meletakkan bunga sebagai aksi solidaritas pascapenembakan di dua masjid kota Christchurch pada Jumat (15/3).

REPUBLIKA.CO.ID, CHRISTCHURCH --  Seorang pria bersenjata masuk ke Masjid Al Noor, Christchurch dan mulai menembaki jamaah. Sardar Faisal saat peristiwa itu sedang berada di toilet, Sheikh Fahad berlari, dan Amir Daud serta istrinya bersembunyi di mobil. Peristiwa itu terjadi menjelang shalat Jumat lalu.

Mereka itu adalah orang-orang yang selamat dari kejadian terburuk di Selandia Baru. Sebuah peristiwa penembakan yang mengakibatkan banyak korban. Setidaknya 50 orang meninggal dunia dan beberapa terluka.

Al Noor adalah masjid pertama dari dua masjid yang diserang oleh seorang pria bersenjata. Sesaat setelah penembak tiba di gedung seberang jalan dari Kebun Raya Christchurch. Saat itu, Hina Amir baru saja tiba mengantar suaminya, Amir Daud untuk melaksanakan shalat.

Amir Daud baru saja melangkahkan kaki keluar dari mobil ketika tembakan terjadi, kemudian ia langsung masuk lagi ke dalam mobil. "Istri saya berkata: aku pikir itu tembakan. Saya berkata: tidak, tak mungkin hal itu terjadi di Christcurch, itu hanya suara korsleting atau yang semacamnya," tutur Daud kepada Reuters.

Saat melihat orang-orang berlari keluar masjid, Hina langsung memutar mobilnya ke jalan kecil, pada saat itulah pria bersenjata keluar dari masjid. "Tiba-tiba kami mendengar suara tembakan," kata Daud.

Seorang pemuda yang berlari ke arahnya tertembak di depan mata kepalanya sendiri. "Dia (pria yang berada di depan Daud) mendapatkan dua tembakan, saya benar-benar melihatnya. Tembakan-tembakan itu mengarah kepada kami (Daud dan istrinya)," kata Daud.

"Saya meminta istri saya menunduk dan saya menyandarkan tubuh saya melindunginya," kata Daud.

Tembakan-tembakan itu berhamburan memantul lewat mobil, memecahkan kaca, mengarah ke dashboard mobil dan sekitarnya. Tembakan itu membuat mobil terisi asap dan gas pendingin udara. Tapi tak ada satupun peluru yang mengenai Daud dan istrinya.

Pasangan itu menekan pedal gas menggunakan tangan, keduanya berhasil memindahkan mobil ke tempat yang aman di dekat sebuah rumah yang mana pemiliknya berteriak histeris. Mereka kemudian masuk bersembunyi ke dalamnya.

Sedangkan suasana di dalam masjid, selama kurang lebih 5 menit, pria bersenjata itu berulang kali menembaki para jamaah. Pria tersebut membunuh lebih dari selusin orang di ruangan itu.

photo
Perban berlumuran darah di jalan setelah penembakan yang mengakibatkan banyak kematian dan cedera di Masjid Al Noor di Deans Avenue di Christchurch, Selandia Baru, (15/3 2019).

Pria tersebut sempat kembali ke mobil untuk mengganti senjata, dan kemudian kembali ke masjid untuk menembak orang-orang yang masih hidup. Sebanyak 41 orang meninggal di Masjid Al Noor.

"Suara tembakan pertama, kedua, ketiga kami abaikan, dan kemudian kami tersadar bahwa ada sesuatu yang salah," kata Sheikh Muhammed Fahad, yang sedang berada di ruang shalat laki-laki.

Sheikh Fahad menambahkan, ia berlari ke sudut masjid, menemukan celah kaca yang pecah di bawah pintu. kemudian ia merayap melalui celah tersebut saat penembak mengarahkan senapannya ke ruangan depan.

"Saat itu saya bisa melarikan diri, saya hanya berfikir lari, lari, lari, lari dan saya pikir bahaya sudah berlalu bagi saya, tapi kemudian saya keluar mencari istri saya dan dia berkata: Saya juga disini," kata Fahad.

Istri Fahad yang biasanya tidak datang ke masjid pada hari Jumat. Ia baru saja tiba mengantar ibunya. Ibu yang berusia 65 tahun itu sedang berkunjung dari Pakistan.

"Dia selamat, namun ia terlalu banyak melihat kejadian itu. "Saya melihat ibu saya berdiri di pintu. Dia baik-baik saja, namun ia sangat terganggu. Ia melihat banyak mayat, dia melihat segalanya," kata Fahad.

Brenton Tarrant, seorang warga Australia (28), telah didakwa sebagai pelaku dalam kasus pembunuhan itu. Polisi mengatakan, Tarrant akan menghadapi dakwaan selanjutnya.

"Setiap orang berkata bahwa kitalah yang paling beruntung," kata Daud. "Teman saya Faisal juga beruntung karena ketika penembak masuk ke masjid, ia sedang berada di toilet dan memutuskan tetap berada di dalamnya hingga akhirnya dia selamat," tuturnya.

"Saya bersyukur kepada Allah, dia (pelaku) tidak masuk ke toilet... saya bersyukur kepada Allah, istri saya selamat," pungkas Daud.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement