REPUBLIKA.CO.ID, BATUSANGKAR -- Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno mengimbau warganya agar menjaga kelestarian rumah adat Minangkabau, yakni Rumah Gadang. Irwan menyebut kelestarian rumah adat dapat mengembalikan budaya adat Minang tempo dulu di mana zaman dahulu rumah gadang merupakan simbol utama kehidupan sehari-hari masyarakat Minangkabau.
"Peduli kepada rumah gadang adalah peduli kepada peraturan adat, yang harus dijaga kelestariannya yang berisikan norma dan nilai adat sebagai wadah bagi masyarakat Minangkabau dalam bermusyawarah," ucap gubernur Irwan Prayitno melalui siaran tertulis, Ahad (17/3).
Irwan pada Sabtu (16/3), hadir pada acara syukuran menaiki Rumah gadang Kaum Datuak Sati Suku Koto Dalimo Nagari Supayang, Kecamatan Salimpaung, Kabupaten Tanah Datar. Selain sebagai Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno hadir sebagai salah seorang penghulu Ranah Minang dengan gelar Datuk Rajo Bandaro Basa dari Suku Tanjung.
Irwan menambahkan budaya dan adat Minangkabau harus melekat pada diri orang Minang sebagai indentitas. Karena budaya adalah sebagai pembeda suatu bangsa sesuai dengan kearifan lokal dimasing-masing tempat.
Gubernur Sumbar meresmikan Rumah gadang Kaum Datuak Sati Suku Koto Dalimo Nagari Supayang dengan ditandai pemukulan gong dan dilanjuti menaiki rumah gadang tersebut, Sabtu (16/3).
Hadir dalam acara tersebut Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, anggota DPRD Sumbar Arkadius Datuak Intan Bano, Bupati Tanah Datar Irdinansyah Tarmizi, Bupati Tanah Datar Muhammad Shadiq Pasadigoe, Walikota Payakumbuh, Riza Falepi, Datuk Rajo Kaampek Suku dan para Datuak Panghulu dan undangan lainnya.
Tokoh masyarakat nagari Supayang Khairul Jasmi mengatakan Rumah Gadang Kaum Datuak Sati direvitalisasi melalui bantuan pemerintah dari Dirjen Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan melalui program Revitalisasi Desa Adat 2018.
Ia mengatakan pada awalnya rumah gadang ini dibuat pada 1910 dan telah beberapa kali melakukan perbaikan. Kemudian pada 2018 mendapat bantuan dari pusat dan dimulai pengerkjaannya dan telah selesai pengerjaannya pada 2019.
Kenyataannya sekarang, lanjutnya, keberadaan rumah gadang di Minangkabau semakin banyak ditinggalkan. Karena karakter orang Minang yang suka merantau sehingga makin banyak bangunan rumah gadang yang mengalami kerusakan.
Selain itu perubahan cara hidup masyarakat yang tidak lagi suka tinggal di rumah gadang, juga menyebabkan rumah gadang tidak lagi dihuni dan tidak terawat.
Ia meminta kepada pemerintah daerah setempat untuk mengalokasikan dana untuk merevitalisasi rumah gadang mengingat biaya untuk perawatan rumah gadang cukup besar. Mengingat hal itu perlu adanya upaya pelestarian terhadap bangunan rumah gadang.
"Karena dahulunya rumah gadang adalah sebagai kunci menjalin keakraban ditengah masyarakat. Karena disitu tempat berkumpulnya suatu kaum," ujarnya.