Kamis 14 Mar 2019 15:00 WIB

Warga Ponorogo Percaya Kiamat Sudah Dekat, Ini Kata Khofifah

Ada 16 kepala keluarga meninggalkan desa karena khawatir kiamat.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Teguh Firmansyah
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa

REPUBLIKA.CO.ID,  SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memilih tidak mengomentari kabar adanya puluhan warga Desa Watubonang, Kecamatan Badegan, Kabupaten Ponorogo, yang percaya bahwa kiamat sudah dekat dan melakukan eksodus ke pondok pesantren di Malang. Khofifah menyatakan, dirinya akan mempelajari dulu terkait benar atau tidaknya kabar tersebut.

"Saya memilih tidak berkomentar kecuali nanti setelah kami bertemu yang bersangkutan, kok sampai mereka percaya hal yang menurut saya kurang bisa diterima," kata Khofifah di Surabaya, Kamis (14/3).

Baca Juga

Khififah menyatakan, belajar dari kasus pada 2012, saat ramai diberitakan akan terjadinya kiamat, ia mengaku memilih tidak memercayainya. Saat itu, dia bahkan langsung berkunjung ke Distrik Maya di Meksiko untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Saya datang, saya ingin tahu apa yang bikin orang percaya. Oh, ternyata kalender mereka (suku Maya) habis di 2012," ujar gubernur perempuan pertama di Jawa Timur tersebut.

Kasus yang terjadi Ponorogo, menurut dia, berbeda. Dia akan menyikapi ini berdasarkan kearifan lokal setempat. Khofifah akan meminta Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Jatim melakukan pendekatan.

"Saya minta Kanwil Kemenag mencari tahu apa penyebab warga Ponorogo percaya kiamat akan segera datang dan apa yang terjadi dengan kelompok ini," ujar mantan menteri sosial tersebut.

Seperti diketahui, ada 16 kepala keluarga, atau 52 orang warga Desa Watubonang yang meninggalkan desa tersebut, yang kabarnya karena percaya kiamat akan segera datang. Dari 52 warga yang melakukan eksodus tersebut, 22 di antaranya masih anak-anak.

Beberapa warga bahkan dikabarkan ada yang sampai menjual harta benda, rumah, dan tanah di tempat mereka sebelumnya. Tidak satupun warga yang pindah ini berpamitan dengan pihak desa. Sehingga belum diketahui alasan pasti kepindahannya. Mereka tiba-tiba diketahui pindah ke salah satu pondok pesantren yang ada di Kabupaten Malang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement