REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny Januar Ali (Denny JA) menjawab keraguan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto terhadap sejumlah hasil survei terkait elektabilitas pilpres. Denny mengatakan kerumunan pendukung saja tidak menggambarkan elektabilitas.
"Mengapa kerumunan yang datang dalam kunjungan Prabowo sangat banyak, juga kunjungan Sandiaga Uno, kok kalah dalam riset delapan lembaga survei mainstream? Untuk kasus Prabowo dan Sandi, ada dua jawaban. Pertama adalah matematika biasa," ujar Denny dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Kamis (14/3).
Denny mensimulasikan, jika massa yang hadir di setiap kunjungan sebanyak 50 ribu massa. Lalu, Denny menerangkan, Prabowo melakukan 500 kali kunjungan ke daerah, dengan angka kunjungan dan jumlah massa yang hadir.
Dengan demikian, Prabowo-Sandiaga baru berhasil mengumpulkan 25 juta massa. "Sementara total pemilih Indonesia adalah 190 juta. Total 25 juta massa itu hanyalah 14 persen dari total pemilih," jelasnya.
Alasan kedua bahwa elektabilitas Prabowo-Sandiaga tidak sama dengan kerumunan massa yang menyambutnya, Denny mengatakan, dukungan tersebut bukan berasal dari massa yang berkumpul, melainkan dari para aktivis seperti eks HTI, FPI, dan PKS yang ikut membantu menggerakan pemenangan untuk pasangan nomor urut 02 itu.
"Mengapa aktivis di kubu Prabowo lebih militan? Dari mana datangnya militansi itu? Satu jawaban adalah survival politik. Tak ada energi yang lebih kuat ketimbang yang lahir dari kondisi prihatin, dan berharap agar survive dalam politik, bahkan berkembang," ujarnya.
Ia menjelaskan, jika Prabowo menang maka ada harapan berbeda bagi HTI daripada kalau capres pejawat yang menang. Begitu juga dengan FPI yang berharap bisa membawa kembali Rizieq Shihab pulang jika Prabowo menjadi presiden.
"Bagi PKS, ini juga masalah survival politik. Jika Jokowi menang, sulit PKS membayangkan PDIP bersedia mengajak PKS bersama dalam pemerintahan. Bahkan Gerindra partainya Prabowo lebih mungkin diajak Jokowi (PDIP) bergabung. Bagi PKS, untuk berada dalam kekuasaan eksekutif, tak lain dan tak bukan, Prabowo harus menjadi Presiden," kata dia.
Prabowo Subianto mengaku kaget saat tiba di Kota Batam dengan sambutan yang diberikan oleh masyarakat Kepulauan Riau yang berkumpul di kota Batam. Menurut Prabowo tingginya antusiasme masyarakat yang untuk bertemu dirinya tersebut, seolah-olah telah mematahkan hasil survei yang dilakukan oleh lembaga survei yang ada di Jakarta yang memenangkan pasangan capres pejawat dengan selisih lebih dari 20 persen.
"Kalau begini sepertinya rasa-rasanya, aroma-aromanya, sepertinya ramalan survei survei di Jakarta salah semua," kata Prabowo, Rabu (13/3).