Selasa 12 Mar 2019 07:40 WIB

1.870 Orang Menganggur Akibat Penutupan Pendakian Rinjani

Tingkat kunjungan wisatawan ke Taman Nasional Rinjani terkena imbas akibat gempa.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Friska Yolanda
Petugas Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) melakukan survei jalur pendakian pada Oktober 2018.
Foto: Dok Balai TNGR
Petugas Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) melakukan survei jalur pendakian pada Oktober 2018.

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Bencana gempa pada 2018 mengakibatkan kerusakan yang parah pada sebagian sarana pendukung wisata di Pulau Lombok, termasuk objek wisata di Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) yang harus menutup jalur pendakian hingga kini. Akibatnya, ribuan orang menganggur.

Kepala Balai TNGR Sudiyono mengatakan posisi TNGR yang berada di puncak ketinggian memiliki dampak lebih besar akibat gempa dibandingkan daerah bagian bawah. "Hampir seluruh jalur pendakian mengalami kerusakan akibat gempa tersebut," kata Sudiyono kepada Republika.co.id di Mataram, NTB, Senin (11/3).

Baca Juga

Sudiyono menerangkan tingkat kunjungan wisatawan ke TNGR terkena imbas akibat gempa. Dia mencatat kunjungan wisatawan ke TNGR pada 2017 sebanyak 82.759 orang yang terdiri atas 43.120 orang atau 52 persen wisatawan nusantara (wisnus) dan 39.639 orang atau 48 persen wisatawan mancanegara (wisnus).

Jalur pendakian Gunung Rinjani sendiri setiap tahunnya berlangsung selama sembilan bulan sejak April hingga Desember. Sementara, periode Januari hingga Maret, jalur pendakian rutin ditutup lantaran faktor cuaca. 

Sudiyono menyebutkan, kunjungan wisatawan ke Gunung Rinjani pada 2018, tepatnya April hingga akhir Juli mengalami penurunan drastis akibat gempa. Sepanjang periode itu, tercatat hanya 44.740 wisatawan yang tiba, terdiri atas 26.582 orang wisnus dan dan 18.158 wisman atau terjadi penurunan sebesar 46 persen dibandingkan 2017. 

Dari sisi penerimaan dari sektor wisata, kata Sudiyono, TNGR menyumbang Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang langsung disetorkan ke kas negara pada 2017 sebesar Rp 10 miliar. Sedangkan penerimaan PNBP pada 2018 hanya sebesar Rp 4 miliar. 

"Negara dalam hal ini mengalami kehilangan pendapatan atau mengalami penurunan PNBP sebanyak Rp 6 miliar," ucap Sudiyono. 

Sudiyono menyebutkan, kerugian juga diderita para pelaku usaha wisata di Rinjani akibat penutupan jalur pendakian. Dia memprediksi sekira 1.696 orang yang terdiri atas porter, pemandu wisata, dan track organizer menjadi pengangguran. 

"Dari sektor penginapan sebanyak 90 penginapan jika masing-masing unit dikelola minimal dua orang maka pengangguran dari sektor penginapan sebanyak 180 orang. Total pengangguran dari dua sektor tersebut sebanyak 1.870 orang," sebut Sudiyono. 

Secara kasar kerugian keuangan dari sektor SDM, ucap Sudiyono, bisa dihitung melalui pendekatan standar Upah Minimum Regional (UMR) dikalikan jumlah SDM terdampak dan dikalikan dengan jumlah lamanya jalur pendakian ditutup. Sudiyono berpandangan semakin lama jalur pendakian ditutup maka kerugian dari berbagai sektor akan demakin bertambah besar. 

"Berdasarkan hal-hal di atas dapat diduga kerugian di bidang wisata khusus yang berada di sekitar Gunung Rinjani dapat mencapai lebih dari Rp 10 miliar," kata Sudiyono menambahkan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement