Senin 11 Mar 2019 15:09 WIB

Pembukaan Pendakian Rinjani Diyakini Bangkitkan Pariwisata

Ketergantungan warga pada pariwisata Rinjani dinilai tinggi.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Nur Aini
Petugas Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) melakukan survei jalur pendakian pada Oktober 2018.
Foto: Dok Balai TNGR
Petugas Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) melakukan survei jalur pendakian pada Oktober 2018.

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Kabar akan kembali dibukanya jalur pendakian Gunung Rinjani melalui pintu Sembalun di Kabupaten Lombok Timur dan Senaru di Lombok Utara disambut positif para pegiat pendakian Gunung Rinjani. Salah satunya adalah pegiat dari Yayasan yang bergerak di bidang konservasi lingkungan di Lombok, Matakali.

Ketua Matakali, Aping Alkaff, mengatakan, sudah sepatutnya jalur pendakian Gunung Rinjani, terutama pintu Sembalun dan Senaru kembali dibuka mengingat tingginya ketergantungan warga Lombok dan dunia pariwisata Lombok kepada kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Aping menilai, penutupan jalur pendakian sejak akhir Juli 2018 membuat ribuan warga sekitar lereng Rinjani yang menggantungkan hidup dari Rinjani kehilangan mata pencaharian.

Baca Juga

"Kita khawatir ditutupnya pendakian yang begitu lama pascagempa ini menimbulkan masalah sosial kemasyarakatan lain. Bagaimana pun juga Rinjani adalah destinasi wisata pertama dan tertua di NTB," ujar Aping kepada Republika.co.id di Mataram, NTB, Senin (11/3).

Aping mengharapkan pemerintah membantu percepatan pemulihan sektor pariwisata di Rinjani dengan menggelar kegiatan berskala nasional dan internasional. Aping memandang sepinya aktivitas di Rinjani tak lepas dari tidak adanya kegiatan pariwisata yang bisa menarik minat wisatawan untuk kembali datang ke Rinjani.

"Warga yang hidup dari Rinjani sudah cukup lama tidak punya penghasilan. Saya meyakini jika pintu Rinjani dibuka, geliat pariwisata Lombok akan mulai bergerak," kata Aping.

Aping berpandangan pintu Sembalun dan Senaru sangat vital bagi kehidupan sektor pariwisata Rinjani. Aping menilai, pembukaan jalur pendakian Gunung Rinjani melalui Aik Berik, Kecamatan Batukliang, Kabupaten Lombok Tengah, pada 19 November 2018, tidak memberikan dampak signifikan. Aping menyebutkan, jalur pendakian Aik Berik belum memiliki akomodasi yang memadai seperti di pintu Sembalun dan Senaru. Selain itu, porter dan pramuwisata yang ada di jalur Aik Berik juga belum sepenuhnya terlatih untuk melayani wisatawan minat khusus tersebut.

"Memang jalur aik berik sudah dibuka, tetapi jalur itu jalur baru dan pendaki tidak bisa mengakses danau segara anak. Apalagi puncak 3726 mdpl. Kalau pun ada jalur turun, jalurnya tidak aman dan curam. Solusinya buka dua pintu Sembalun dan Senaru, insyaAllah para pendaki sudah banyak yang antre," kata Aping.

Aping menilai saat ini menjadi kesempatan bagi pemerintah provinsi NTB dan masyarakat NTB untuk membenahi jalur sekaligus menata kembali objek wisata Rinjani. Pemprov NTB, kata Aping, juga bisa melakukan peresmian program bebas sampah di kawasan TNGR guna membangkitkan kesadaran masyarakat dan wisatawan terhadap kondisi TNGR.

"Kalau pemerintah takut membuka jalur Rinjani, kami para pendaki Lombok siap jadi martir untuk memastikan Rinjani bisa didaki kembali," ungkap Aping.

Aping meyakini para pendaki, baik pendaki lokal dan juga luar, sangat merindukan untuk bisa kembali melakukan pendakian ke Gunung Rinjani.

Aping menambahkan, Balai TNGR harus memastikan kondisi dan keamanan jalur pendakian. Pasalnya, kata Aping, jalur reguler dari Sembalun dan Senaru sudah mengalami perubahan.

"Artinya, pembukaan jalur baru menuju Pelawangan dan Segara Anak harus segera dibenahi," kata Aping.

Aping berharap Balai TNGR melibatkan para porter, trek organizer, para pendaki lokal yang mengenal dengan karakteriatik Rinjani untuk pemetaan jalur baru.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement