Sabtu 09 Mar 2019 12:32 WIB

H Agus Salim, Kisah Awal Pengakuan Kedaulatan RI oleh Mesir

Melalui kecerdasan dan kefasihan Agus Salim memerjuangkan kemerdekaan RI

Agus Salim, AR Baswedan, HM Rasyidi. Trio diplomat RI pertama saat berbincang kala melobi pemerintah Mesir  ketika hendak mengakui sebagai negata pertama di dunia yang akui kedaultanan Indoneseia.
Foto: 5o tahun indonesia merdea
Agus Salim, AR Baswedan, HM Rasyidi. Trio diplomat RI pertama saat berbincang kala melobi pemerintah Mesir ketika hendak mengakui sebagai negata pertama di dunia yang akui kedaultanan Indoneseia.

Oleh: Benny Orohella, penikmat sejarah

Kisah kefasihan H Agus Salim yang menguasi banyak sekali bahasa asing bukan cerita isapan jempol. Kali ini jejak cara Salim dalam berdiplomasi dam berbasa asing misalya terlacak dari tulisan AR Baswedan (kakek Gubernur DKI Anies Baswedan). Dalam buku untuk memperingat 100 tahun Agus Salim, dia menulis sepenggal kisah menarik yang seperti ini:

Empat lelaki dengan pakaian lusuh dan wajah lelah dari negara baru bernama Indonesia tiba di gerbang imigrasi Mesir, mereka hanya membawa barang seadanya karena harus menembus blokade Belanda.

Mereka juga diutus Presiden Soekarno untuk membalas kunjungan Muhammad Abdul Mun’im, Konsul Jendral Mesir di Mumbai, India yang langsung datang ke Yogyakarta bertaruh nyawa menembus blokade Belanda, untuk menyerahkan surat penugasan beliau selain sebagai Konjen Mesir di India juga sebagai Dubes Mesir untuk Indonesia.

Pengakuan resmi Mesir sadalah yang pertama atas sebuah negara atas kedaulatan Republik Indonesia. Dan ini bukan hanya dilakukan dalam bentuk lisan, tapi secara tertulis serta dengan cara mengutus seseorang sebagai duta besar.

Keempat lelaki ini lalu menyodorkan empat secarik kertas yang juga sama lusuhnya yang berisi keterangan siapa mereka dan cap Republik Indonesia. Indonesia kala itu sebagai negara yang baru berdiri memang belum sempat menerbitkan paspor.

Melihat kertas lusuh dengan bercap Indonesia itu, maka petugas imigrasi Mesir tentu saja mengernyitkan kening melihatnya. Dia malah terlihat melotot dan dengan ketus bertanya apa maksud mereka dan apa arti kertas itu.

Maka H Agus Salim dan AR Baswedan bergantian menyahut dengan bahasa Arab yang fasih, dan ini membuat para petugas imigrasi mengernyitkan kening. Setelah bicara begitu, kini tapi tatapannya yang tadinya terkesan marah dan melotot berubah. Sekarang berubah menjadi terpana.

Melihat itu, H Agus Salim pun segera meneruskan perkataannya, “Kami dari Indonesia, sebuah negara baru di Asia Tenggara”.

Nah, sepertinya karena mendengar  H Agus Salim berbicara dalam bahasa Arab yang fasih, sang petugas kembali bertanya, “Kalian muslim?”,

‘Ya!”, jawab keempat lelaki ini serentak.

Setelah itu, ada pernyataan balik yang ditimpali H Agus Salim, “Anda tahu siapa yang memenuhi Makkah di musim haji?”

Petugas itu tertawa, “Ahlan wa sahlan, saudaraku, selamat datang di Mesir!”

Kini sikap dingin para petugas imigrasi Mesir langsung berubah. Bahkan, ada yang tertawa, menjabat tangan, bahkan memeluk keempat  lelaki berpakian lusuh asal sebuah negara baru di Asia Tenggara yang bernama Indonesia. 

Haji Agus Salim dan para tokoh pendiri bangsa memang melegenda.

photo
Sebagai hasil dari perjanjian 'Renville', banyak pejuang TNI yang ditangkap diserahkan kepada otoritas republik. Pada foto tersebut tampak delegasi Indonesia dengan Amir Sjarifuddin di sebelah kanan. Anggota lain dari deligasi Indonesia adalah: Haji Agus Salim (pria tua dengan janggut abu-abu) dan Ali Sastroamidjojo (dengan janggut hitam). Foto diambul pada 17 Jaunari 1948. (Gahetna.nl)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement