Jumat 08 Mar 2019 06:41 WIB

Khofifah Siapkan Sistem Peringatan Dini Bencana Digital

Sistem ini penting dimiliki mengingat topografi Jatim termasuk wilayah rawan bencana.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Andi Nur Aminah
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa beraktivitas di ruang kerjanya di kompleks Kantor Gubernur Jatim di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (15/2/2019).
Foto: Antara/Moch Asim
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa beraktivitas di ruang kerjanya di kompleks Kantor Gubernur Jatim di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (15/2/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyiapkan sebuah sistem peringatan dini (early warning system) terjadinya bencana yang berbasis digital. Menurut Khofifah, sistem tersebut penting dimiliki, mengingat topografi Jawa Timur, termasuk wilayah yang sering terjadi bencana.

“Kami sedang mengomunikasikan dengan provider-provider agar bisa mengirimkan informasi kepada masyarakat akan terjadinya bencana lewat SMS misalnya,” kata Khofifah seusai meninjau daerah terdampak banjir di Kecamatan Kwadungan, Kabupaten Ngawi, Kamis (7/3).

Baca Juga

Khofifah menjelaskan, saat ini masyarakat hampir semuanya memiliki gawai. Gawai tersebut dirasanya bisa dimanfaatkan dengan baik, khususnya dalam hal antisipasi atau waspada bencana.

Contohnya, banjir di Kabupaten Ngawi, yang disebabkan adanya luapan sungai Bengawan Solo yang masuknya lewat kali Madiun. Luapan air tersebut dalam waktu enam jam ke depan, akan sampai di Ponorogo, dan sekitar 10 jam sampai ke Ngawi.

“Nantinya akan ada pemberitahuan lewat handphone warga, bahwa dalam waktu sekian jam akan terjadi banjir di satu wilayah. Jika teknologi bisa diterapkan, masyarakat akan lebih bisa mengantisipasi dan waspada,” ujar Khofifah.

Mantan Mensos itu juga berharap, masyarakat Jatim mengetahui bencana tertinggi yang sering terjadi di Jatim. Bencana yang dimaksud seperti banjir, kebakaran, angin puting beliung, dan tanah longsor. “Saat ini memang banjir merupakan peringkat nomor satu bencana yang sering terjadi di Jatim,” kata dia.

Bupati Ngawi Budi Sulistyono menyampaikan, jumlah desa yang tergenang air di daerahnya ada 20 desa. Akibat bencana tersebut, sudah ada sekitar 400 kepala keluarga yang dievakuasi. Sebagian besar dari mereka dievakuasi di penampungan, meski ada pula yang dievakuasi ke rumah keluarganya yang lebih aman.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement