Senin 04 Mar 2019 18:37 WIB

Ajakan Pilih Capres 02 Muncul di Running Text Puskesmas

Diduga sistem operasional running text menjadi sasaran peretasan

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Christiyaningsih
Tangkapan gambar dari tulisan ajakan Memilih pasangan capres pada alat Running Text LED Display di pintu utama Puskesmas Srondol Kota Semarang, Senin (4/3).
Foto: Istimewa
Tangkapan gambar dari tulisan ajakan Memilih pasangan capres pada alat Running Text LED Display di pintu utama Puskesmas Srondol Kota Semarang, Senin (4/3).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG — Para pengunjung Puskesmas Srondol Kota Semarang dibuat heran dengan peranti running text LED display yang terpasang di sana. Running text yang terpasang di atas pintu utama tersebut memuat kalimat ajakan memilih pasangan capres-cawapres 02.

Diduga sistem operasional peralatan ini menjadi sasaran peretasan. Keganjilan itu pun diketahui salah satu pengunjung yang segera mengabadikannya. Tak pelak, persoalan ini pun ramai diperbincangkan oleh warganet saat fotonya diunggah sebuah akun Instagram.

Berdasarkan penelusuran, video tersebut diunggah oleh pemilik akun @hananto.nusa.p di medsos @portalsemarang pada Senin (4/3) pukul 08.00 WIB. Pada awalnya, terbaca kalimat serta simbol yang tidak begitu jelas makna dan artinya. Namun pada tayangan berikutnya antara lain tertulis ‘Pilih Paslon No 02 PRABOWO SUBIANTO- Sandiaga UNO’.

Pada saat masih aktif umumnya petugas yang ada di puskesmas ini tidak tahu menahu. Running text LED display ini terpasang di atas pintu utama puskesmas yang menghadap ke luar atau ke arah halaman sehingga jelas terbaca oleh pengunjung puskesmas.

Sejak diunggah hingga siang hari video tersebut sudah ditonton lebih dari 38 ribu warganet. Video ini juga memantik beragam komentar. Mulai dari saran untuk segera memperbaiki papan running text hingga menyayangkan model kampanye yang tidak pada tempatnya.

Kepala Puskesmas Srondol Muhammad Hidayanto mengaku tidak tahu menahu mengenai tulisan di running text itu. Ia tidak tahu mengapa yang tertulis adalah kalimat ajakan untuk memilih salah satu pasangan capres dan cawapres. Dia juga mengaku menjadi korban atas peristiwa ini. “Kita ini 'kan Aparatur Sipil Negara (ASN) sehingga tidak mungkin melakukannya karena harus netral dalam pemilihan presiden,” ungkapnya.

Hidayanto baru mengetahui adanya kalimat ajakan memilih paangan capres setelah diberitahu oleh salah satu stafnya sekitar pukul 08.30 WIB. Saat itu juga ia pun langsung memerintahkan untuk menonaktifkan running text. “Saya sendiri tidak tahu, makanya saya minta agar segera dimatikan pada pukul 08.30 WIB," katanya.

Ia juga menegaskan puskesmas merupakan tempat layanan publik milik Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang. Sehingga, puskesmas harus tetap netral pada pemilu 2019 medatang dan seharusnya bukan untuk sosialisasi. Namun Hidayanto menduga ada pihak yang berupaya merusak atau meretas sistem operasional alat running text tersebut. “Karena di awal- awal kalimat ada tertulis hack!! oleh siapa begitu,” tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement