REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Perhimpunan Hotel Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Aceh menyatakan tingkat hunian hotel dan penginapan lainnya di provinsi ujung barat Indonesia tersebut turun sejak dua bulan terakhir. Berdasarkan data PHRI Provinsi Aceh, tingkat hunian hotel dan penginapan turun hingga 35 persen.
"Turunnya tingkat hunian merupakan dampak berkurangnya kunjungan wisatawan yang terjadi sejak Januari lalu," kata Kepala Bidang Humas PHRI Provinsi Aceh Nurhadi di Banda Aceh, Kamis (28/2).
Menurut Nurhadi, penurunan tingkat hunian tersebut dibandingkan periode yang sama Januari dan Februari 2018. Ia mengatakan turunnya tingkat hunian tersebut juga merupakan dampak dari naiknya harga tiket pesawat terbang komersial ke Provinsi Aceh.
"Naiknya harga tiket pesawat dalam negeri juga berdampak pada hunian hotel dan penginapan di Aceh. Dan ini menunjukkan bahwa kunjungan wisatawan, terutama dalam negeri berkurang," kata Nurhadi.
Jumlah hunian hotel dan penginapan lainnya di Aceh mencapai 7.000-an kamar yang tersebar di 23 kabupaten/kota di Aceh. Yang terbanyak berada di Banda Aceh sebagai ibu kota provinsi serta daerah yang menjadi destinasi pariwisata.
Nurhadi mengatakan, turunnya tingkat hunian tersebut tentu berdampak pada pendapatan. Namun begitu, belum berpengaruh kepada operasional hotel secara keseluruhan.
"Kami berharap persoalan menjadi perhatian serius maskapai. Sebab, banyak sektor yang berdampak jika harga tiket pesawat naik," ujar Nurhadi.