REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW) mengatakan Indonesia bisa mengambil pelajaran dari pecahnya Uni Soviet. Menurutnya, pecahnya negara besar, kuat, dan merupakan negara adi daya saingan Amerika Serikat itu juga dapat menjadi pengingat (alarm), termasuk bagi Indonesia.
Hidayat mengatakan, Indonesia memiliki satu karakteristik yang tidak dimiliki Soviet, yakni rasa kebersamaan dan tujuan bersama. Indonesia dibangun bersama dengan berdasar kepentingan bersama, kesepahaman bersama, keyakinan bersama, saling menerima dan memberi, saling bermusyawarah, serta tidak ada yang merasa diintimidasi dan dipaksa.
Ia mengungkapkan kesemuanya itu terangkum dalam satu ideologi yang disepakati bersama, yakni Pancasila. Karakteristik tersebutlah yang membuat Indonesia tetap utuh.
"Soviet mengapa hancur? Karena negara itu menghadirkan ideologi komunis yang tidak sepenuhnya diterima rakyatnya. Komunisme itulah yang dipakai oleh Lenin dan Stalin untuk menguasai wilayah-wilayah yang tidak menerima komunisme," ungkapnya saat menyampaikan materi Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Tangerang, Jumat.
Dalam kesempatan tersebut, HNW memberikan materi Empat Pilar MPR RI di hadapan sekitar 300 lebih Pimpinan dan anggota BEM Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) Zona III (Jakarta, Banten, Jawa Barat), di aula Sekolah Tinggi Teknologi Mutu (STTM) Muhammadiyah Tangerang.
Lebih jauh, HNW mengatakan, Soviet tadinya adalah negara super power dengan kekuatan intelijen, militer, persenjataan, dan perekonomian yang ditakuti. Namun, karena rapuhnya ideologi dan dasar pembangunan negara, maka tanpa serbuan kekuatan militer asing tanpa konflik militer internal, Soviet hancur lebur berantakan.
"Untuk itulah kita patut bersyukur bahwa Indonesia kita tetap kokoh, tetap NKRI padahal kita dibayang-bayangi potensi perpecahan yang kuat," ujarnya.
HNW mengingatkan pentingnya menjaga kebersamaan dan kesepahaman dalam bernegara.
"Kita harus menjaga tujuan kita bersama menuju kesejahteraan bersama dan menjaga serta mengimplementasikan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," katanya.