REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Terduga terorisme berinisial TWA atau Abu Hilwa berencana melakukan aksinya menyerang Kepolisian di Yogyakarta. Juru Bicara Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengungkapkan rencana tersebut usai penangkapan TW yang diduga anggota kelompok ekstrim Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
“Dari hasil keterangan kepada penyidik, (TWA) sedang merencanakan aksi untuk menyerang Kepolisian di daerah Yogyakarta,” ujar Dedi di Mabes Polri, Jakarta, pada Jumat (22/2).
Namun Dedi menegaskan, rencana aksi tersebut bukan untuk menggagalkan Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 yang akan digelar April mendatang. Melainkan aksi biasa seperti yang selama ini kelompok JAD lakukan. Yaitu, melakukan aksi terorisme yang menyasar personil kepolisian. “Tujuan mereka untuk mengambil senjata. Aksi-aksi lainnya, tentu saat ini sedang didalami dalam penyidikan,” sambung Dedi.
Dedi menerangkan sepak terjang TWA selama ini. Kata dia, sebelum ditangkap, pada Kamis (14/2), TWA juga dikenal dengan nama Andalus. Pada tiga tahun lalu, TWA pernah terdeteksi di Filipina.
Namun pada Juni 2016, otoritas di Manila, mendoportasi TWA lantaran diketahui mengikuti pelatihan paramiliter ekstrim di Basilan, Mindanau. TWA diketahui ikut paramiliter ekstrim bersama Adi Jihad.
Adi Jihadi diketahui orang yang menyalurkan dana dalam aksi terorisme di Jalan Thamrin, Jakarta 2016. Kepolisian juga mencatat TWA mengikuti latihan paramiliter bersama Adi Jihadi dengan pemandu Nanang Kosim di Karang Bolong, Anyer.
Kepolisian mencatat TWA merencanakan aksi terorisme bersama beberapa nama seperit Bambang Eko Prasetyo, Ageng Nugroho, Rio Baraka, Juhedi, Ali Abdulloh, Andi Baso, dan Nanang Kosim. Yaitu melakukan aksi penembakan terhadap para anggota Polri.