Kamis 21 Feb 2019 19:09 WIB

Emil Dardak Ajak Perkuat Kebangsaan Melalui Empati

Dalam empati ada kepekaan untuk membangun komunikasi yang lebih baik.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Esthi Maharani
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (kiri) berbincang dengan Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak (kanan)
Foto: Antara/Moch Asim
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (kiri) berbincang dengan Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak meyakini, persatuan dan kesatuan yang telah memperkuat kebangsaan tidak bisa dibangun tanpa adanya rasa empati. Hal tersebut disampaikannya saat menghadiri Dialog Kebangsaan Seri VIII dengan tema Mengokohkan Kebangsaan: Meneladani Patriotisme Arek Surabaya Bagi Indonesia Emas 2045, di Stasiun Gubeng, Surabaya, Kamis (21/2).

Emil berpendapat, dalam empati ada kepekaan untuk membangun komunikasi yang lebih baik. "Selain menumbuhkan empati, memperkuat rasa persatuan dan kesatuan bisa dilakukan dengan membangun ruang publik, sehingga komunikasi terjalin dengan baik," ujar Emil.

Emil kemudian mengapresiasi dilaksanakannya Gerakan Suluh Kebangsaan yang dilandasi keprihatinan atas apa yang berpotensi mempengaruhi soliditas Bangsa Indonesia. Apalagi, kata dia, saat ini era persaingan industri yang ketat memunculkan paradigma baru dalam perdagangan dunia. Dimana negara Asia Tenggara dan Asia Selatan berebut relokasi industri dari China.

"Di tengah perang dagang saat ini, sangat tidak tepat bila kita bertengkar dalam negara sendiri, maka inisiatif ini sangat baik," kata Emil.

Emil juga berharap dialog kebangsaan ini menjadi momen dalam menggugah semangat kebangsaan generasi muda penerus bangsa. Apalagi gerakan ini dimulai dari Merak, Banten sampai Banyuwangi. Dia juga mengingatkan, pembangunan tujuannya mempersatukan, bukan hanya sekedar mencetak uang atau mengisi uang.

Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan, Mohammad Mahfud MD mengatakan, Gerakan Suluh Kebangsaan lahir karena rasa prihatin dan khawatir terhadap perkembangan situasi politik belakangan ini, terutama menjelang pemilu. Dimana ada pengelompokan menajamen ditandai dengan saling serang secara tidak etis, serta berkembangnya hoax secara terus menerus.

“Hoax ini gerakan pengacau pemilu karena sudah diberitahu salah, tapi dikembangkan terus. Hoax ini menyebarkan informasi sesat yang semakin dijelaskan bahwa itu sesat, semakin dikembangkan," kata Mahfud.

Selain mencegah berkembangnya hoax, lanjutnya, Gerakan Suluh Kebangsaan juga mengajak masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya atau menghindari golput pada Pemilu 2018. Mahfud merasa, Golput hanua akan merugikan masyarakat.

"Kalau semua menggunakan hak pilihnya, maka pilihlah yang lebih baik dari yang baik. Yang dipilih rakyat itulah pemimpin kita. Kami disini tidak mengkampanyekan siapapun," kata Mahfud.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement