Sabtu 16 Feb 2019 17:37 WIB

Diisukan Diganti Ahok, Maruf Amin: Hoaks Itu, Jangan Percaya

Maruf menyayangkan laporan yang memberitakan bahwa dirinya akan diganti Ahok.

Rep: Muhyiddin/ Red: Didi Purwadi
KH Maruf Amin
Foto: Antara
KH Maruf Amin

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Calon Wakil Presiden nomor urut 01, KH Ma'ruf Amin, membantah isu yang menyebutkan dirinya akan digantikan oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) setelah terpilih pada Pilpres 2019. Ma'ruf menegaskan isu tersebut sepenuhnya hoaks.

''Bohong itu. Hoaks itu. Jangan percaya sama hoaks,'' kata Ma'ruf saat mengklarifikasi di hadapan ratusan peserta perayaan Harlah NU ke-93 dan Milad Ponpes Al Muhajirin ke 26 di Purwakarta, Jawa Barat, Sabtu (16/2).

Baca Juga

Hoaks yang tersebar di masyarakat tingkat bawah itu menyebutkan bahwa Ahok akan menggantikan Maruf sebagai  wakil presiden jika pasangan nomor urut 01 akhirnya memenangkan Pilpres 2019. Ahok kemudian akan menggantikan Joko Widodo sebagai presiden karena memilih mundur.

Hari Tanoe kemudian jadi wakil presiden, menggantikan Ahok yang naik menjadi presiden. Kiai Ma'ruf menegaskan bahwa isu tersebut tidak benar. Karena itu, dia meminta kepada seluruh hadiri untuk tidak mudah percaya terhadap isu hoaks.

Isu hoaks tersebut juga diklarifikasi Kiai Ma'ruf saat melakukan kunjungan ke Pondok Pesantren Al-Faridiyyah Sempur, Plered, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Kiai Ma'ruf berkunjung pesantren ini setelah menghadiri acara di Pondok Pesantren Al-Muhajirin.

Sementara Pemimpin Redaksi Indopos, Juni Armanto, juga mengklarifikasi pemberitaan tersebut. Juni mengatakan, dalam isi berita, pihaknya telah melakukan konfirmasi kepada sejumlah anggota TKN. Dalam berita tersebut, TKN menampik semua isi dari grafis yang viral di media sosial itu.

Ma'ruf pun mengaku sangat menghormati pers sebagai salah satu pilar bangsa. Namun, dia menyayangkan laporan surat kabar Indopos yang belum lama ini memberitakan bahwa dirinya akan diganti Ahok seandainya terpilih bersama Jokowi di Pilpres 2019.

''Saya ini sangat menghormati pers, bergaul dengan pers. Harusnya pers itu tidak membuat berita-berita yang aneh-aneh,'' ujarnya. Menurut Kiai Ma'ruf, laporan pers yang aneh-aneh itu rentan digunakan pihak tertentu sebagai isu kampanye hitam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement